MAKALAH TENTANG PUISI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Hirobbil Alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberi rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu dan dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Bahasa Indonesia tentang “PUISI”
Penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak. Semoga budi baik mereka di terima Allah SWT
sebagai amal ibadah dan akan diberi balasan berupa pahala yang berlipat ganda.
Dan penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca guna penyempurnaan makalah ini.
Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan khususnya untuk teman-teman di sekolah dan masyarakat pada umumnya.
Haurgeulis, Desember 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar
belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah......................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................... 1
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................ 2
A. Deskripsi
Teori yang digunakan ................................................................. 2
B. Deskripsi
Objek yang dianalisis................................................................... 2
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................... 5
A. Pengertian
Puisi........................................................................................... 5
B. Analisis
Puisi................................................................................................ 6
BAB IV PENUTUP................................................................................................ 10
A.
Simpulan...................................................................................................... 10
B. Saran............................................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sebagai mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Indonesia sudah sepatutnya
kita menyadari bahwa sebuah karya sastra adalah sesuatu yang sangat kaya dengan
makna.
Karya sastra tersebut harus dapat dipahami agar dapat diketahui makna
yang terkandung didalamnya.
Selain itu, dihadapkan pada sebuah tantangan bahwa kita akan menjadi
seorang pengajar yang dituntut untuk mempunyai kompetensi untuk mengajar sastra
yang salah satunya adalah pemahaman terhadap genre sastra puisi. Oleh sebab
itu, maka kita harus senantiasa dapat memahami bagaimana cara atau metode dalam
memahami bagaimana cara atau metode dalam memaknai sebuah karya sastra yang
dalam hal ini adalah puisi.
B.
Rumusan
Masalah
Yang menjadi
rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana cara memahami sebuah puisi ?
2.
Apa makna yang terkandung dari sebuah contoh
puisi dalam makalah?
C.
Tujuan
Tujuan yang
ingin dicapai setelah menyusun makalah adalah :
1.
Memberikan gambaran bagaimana cara memahami sebuah
puisis
2.
Memberikan makna atau tafsiran terhadap contoh
puisi yang terdapat dalam makalah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Deskripsi
Teori yang Digunakan
Teori Struktural
Murni
Struktural
merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak
dapat berdiri sendiri diluar stuktur itu.
Berikut ini
beberapa pendapat para ahli mengenai pendekatan structural
-
Suatu metode atau cara pencarian terhadap suatu
fakta yang sasarannya tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsure sebagai
individu yang berdiri sendiri diluar kesatuannya, melainkan ditujukan pula
kepada hubungan antar unsurnya. (Fokemma, 1977:21).
-
Analisis structural merupakan tugas prioritas
atau pendahuluan. Sebab karya sastra mempunyai kebulatan makna intriksik yang
dapat digali dari karya itu sendiri. (A. Teew, 1984:135)
B.
Deskripsi
Objek yang dianalisis
Puisi
Puisi adalah
karya tulis yang indah bentuk karangan yang tidak terikat oleh rima, ritme,
ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat.
Puisi merupakan
ungkapan perasaan dan pikiran penyairnya dalam satu bentuk ciptaan yang utuh
dan menyatu.
-
Menurut Sumardi
Puisi adalah karya sastra dengan
bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu
dan pemilihan kata-kata khas (Imajinatif).
-
Menurut J. Waluyo
Puisi adalah genre sastra yang paling
banyak menggunakan kata kias
-
Menurut Thomas Carlyle
Puisi merupakan ungkapan pikiran yang
bersifat musical
-
Menurut Herbert Spenser
Puisi merupakan bentuk pengucapan
gagasan yang sifatnya emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan.
a. Struktur Fisik Puisi
- Perwajahan Puisi (Tipografi)
Tipografi adalah
bentuk puisi seperti halaman yang dipenuhi kata-kata, tepi, kanan, kiri,
pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik, hal-jal tersebut sangat menentukan
dalam pemaknaan terhadap puisi.
- Diksi
Diksi yaitu
pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya, karena itu
puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan
banyak hal. Maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan
kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan
urutan kata.
- Imaji
Imaji yaitu
kata-kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga
yaitu suara, penglihatan, raba atau sentuh.
Imaji dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengarkan dan merasakan seperti
apa yang dirasakan dan dialami penyair.
- Kata Konkret
Kata konkret
yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indra yang memungkinkan munculnya imaji
kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lembang.
- Gaya Bahasa
Gaya bahasa
adalah bahasa terbias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu. (Soedjito, 1986:128)
Bahasa
figurative menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak
makna (Waluyo, 1987 : 83).
- Rima dan Irama
Rima adalah
persamaan bunyi pada puisi baik diawal, tengah, dan akhir baris puisi,
sedangkan irama adalah lagu kalimat yang digunakan dalam mendeskripsikan
puisinya.
b. Struktur Batin Puisi
- Tema atau makna
Media puisi
adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna maka puisi
harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
- Rasa
Rasa yaitu sikap
penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
- Nada
Nada yaitu sikap
penyair terhadap pembacanya
- Amanat
Amanat
yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembacanya.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Puisi
Puisi (dari
bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah
seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk
tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada
segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima
adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih
diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan
puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia,
yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan
isi hati seseorang yang membawaa oraang lain kedaalam keaadaan hatinya.
Baris-baris pada
puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut
merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi
kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang.
Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak
dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang
diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan
sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
Namun beberapa
kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin
memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu
'pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan
lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.
Didalam puisi
juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas
tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran
langsung dengan kasar.
Dibeberapa
daerah di Indonesia puisi juga sering di nyanyikan dalam bentuk pantun. Mereka
enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.
B.
Analisis
Puisi
Analisis
structural meliputi struktur fisik dan batin puisi. Analisis struktur puisi
adalah analisis puisi ke dalam unsure-unsurnya dan fungsinya bahwa setiap
unsure itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsure-unsur lainnya,
bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur.
Analisis puisis “PENERIMAAN” Karya
Chairil Anwar
PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau
Kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu
Lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk ! tentang aku
Dengan berani.
Kalau kau mau kuterima
Kembali
Untuk sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku
Enggan berbagi
Maret 1943
PENERIMAAN
Kalau kau mau kuterima kau
Kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu
Lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk ! tentang aku
Dengan berani.
Kalau kau mau kuterima
Kembali
Untuk sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku
Enggan berbagi
Maret 1943
a. Struktur Fisik Puisi
- Perwajahan Puisi
Puisi penerimaan
karya Chairil Anwar memiliki tipografi yang semi konsisten. Puisi ini terdiri
dari enam bait yang beberapa baitnya memiliki kesamaan dalam jumlah baris
Jumlah baris
untuk bait pada puisi ini berpola 2-1-2-1 yaitu dua baris untuk bait ganjil dan
satu baris untuk bait genap.
Chairil Anwar pun
menulis puisi ini dengan konsisten, yaitu dengan menempatkan huruf capital pada
setiap baris dalam puisi ini. Namun bila dititik secara seksama maka kita akan
menemukan keganjilan dari keputusan menempatkan huruf capital untuk setiap
baris ini keganjilan ini terutama terdapat pada baris kedua bait-bait genjil.
Menurut hemat
saya makna dari baris tersebut adalah penjelas bagi baris sebelumnya, sehingga
mestinya huruf capital tidak diberikan sepertinya ada makna tersirat dari
keputusan Chairil Anwar menulis huruf capital disana atau mungkin juga sekedar
menjaga konsistentitas penulisan saja.
- Diksi
Dalam puisi
penerimaan ini, Chairil Anwar seperti biasa memilih kata-kata yang
sederhana,namun indah dan sarat makna.
Pemilihan kata
yang Chairil lakukan membuat pembaca sajak ini merasakan dengan jelas suasana
hati Chairil dan membuat puisi ini lebih bernyawa.
- Imaji
Dalam puisi ini
Chairil Anwar tidak memunculkan teknik imaji yang dominant. Hanya saja dengan
kelebihannya, Chairil Anwar masih saja mampu membuat pembaca merasakan apa yang
ia rasakan. Satu baris yang mungkin masih bisa di golongkan pada pengimajian
adalah “Bak kembang sari sudah terbagi”. Baris ini mengajak kita membayangkan
situasi kembang sari yang telah terbagi.
- Kata Konkrit
Dalam setiap
penulisan puisinya, Chairil Anwar selalu memunculkan kata konkrit sebagai cirri
khasnya. Begitu pula halnya dengan puisi penerimaan ini. Kata konkrit pada
puisi ini terwujud dalam baris “Bak kembang sudah terbagi” dan “sedang dengan
cermin aku enggan terbagi”.
Kembang selalu
identik dengan seorang perempuan, namun bukan Chairil Anwar namanya bila ia
tidak menjadikan karyanya berbeda. Maka ia pun menulis kembang sari. Entah apa
maksud pemilihan sari, mungkin karena sari yang
ada pada serbuk sari itu mudah sekali terbagi.
Sedangkan cermin
adalah sebuah alat pentul yang merefleksikan diri kita yang nyata. Dalam baris
“sedang dengan cermin aku enggan berbagi”, Chairil Anwar menegaskan bahwa
dirinya tidak mau di duakan bahkan dengan bayangannya sekalipun.
- Gaya Bahasa
Chairil dalam
puisi penerimaan ini menggunakan gaya bahasa smile yang terwujud pada baris
kedua pada bait ketiga “Bak kembang sari sudah terbagi”.
- Rima dan Irama
Puisi ini
memiliki riam yang konsisten karena seluruh baris pada puisi ini berakhiran
huruf I dari awal hingga akhir.
Sedangkan irama
yang menunjukkan keteguhan hari penyair dalam mempertahankan prinsipnya meski
ia telah memberikan kesempatan. Irama yang di hasilkan terkesan biasa saja
karena susunan kata pada tiap barisnya sendiri tersusun dari kata-kata yang
sederhana.
b. Struktur Batin Puisi
Dalam puisi ini
Chairil Anwar mengangkat tema percintaan yaitu tentang seorang lelaki yang
masih memberi harapan pada perempuan yang dulu pernah memiliki hubungan khusus dengannya.
Ini tergambar dari bait pertama dan kedua.
Kalau kau
mau kuterima kau
Kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap
sendiri
Sang lelaki
menyadari bahwa perempuan yang masih ia beri kesempatan kembali itu sudah tidak
sendiri. Maka ia ingin perempuan itu memutuskan keputusan dengan tegas. Ini
tergambar pada lanjutan syairnya sebagai berikut :
Kutahu kau
bukan yang dulu lagi
Bak kembang
sari sudah terbagi
Jangan
tunduk ! tentang aku dengan
Berani
Kalau
kau mau ku terima
Kembali
Untuk ku
sendiri tapi
Sedang
dengan cermin aku
Enggan berbagi
- Rasa (Feeling)
Dalam hal ini
penyair merasakan semangat pengharapan dengan sedikit kecemasan bahwa sang
mantan kekasih akan berfikir dan menimbang penawasannya dengan matang hingga ia
akan kembali padanya.
- Nada (Tore)
Pada puisi ini,
Chairil Anwar menuangkan perasaan harap-harap cemas dan ketegaran pengharapan
yang ia rasakan di karenakan pada dasarnya ia masih mencintai perempuan yang
dimaksud. Logikanya adalah mana mungkin ia memberikan kesempatan pada perempuan
tersebut untuk kembali bila ia tidak mencintainya. Kemudian ketegasan adalah
supaya perempuan tersebut memilih dengan tegas untuk kembali padanya atau terus
bersama yang lain.
- Amanat
Pesan yang ingin
disampaikan oleh Chairil Anwar secara khusus tentu agar ia tujukan kepada sang
perempuan. Yaitu agar is mempertimbangkan penawaran Chairil Anwar dan
memutuskan dengan tegas keputusan yang akan ia ambil. Dan secara umum], Chairil
Anwar ingin mengabarkan kepada seluruh pembaca, bahwa sosok Chairil Anwar
adalah sosok yang benci pada hal yang setengah-setengah. Chairil Anwar ingin
mengabarkan pada setiap pembaca sajaknya bahwa dirinya adalah sosok yang tegas
dan menyukai ketegasan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Setelah
menganalisis puisi penerimaan karya Chairil Anwar, saya menyimpulkan bahwa
puisi tersebut begitu sarat dengan makna yang sangat berguna bagi kita dalam
menempuh kehidupan.
Mengkaji tema,
perasaan, nada, suasana dan amanat sebuah puisi memberikan pelajaran yang
sangat berharga bagi saya, selain kaitannya dengan saya yang bergelut dengan
dunia pendidikan juga makna yang terkandung dalam puisi tersebut tidak terlepas
dari nuansa religius yang dapat memperkokoh keimanan.
B.
Saran
Saya hanya bisa
menyarankan agar mempelajari dan memakai sebuah puisi bukan karena tuntuan
tugas atau hal lain, melainkan karena panggilan jiwa yang merasa butuh akan
amanat yang terkandung dalam sebuah puisi.
No comments:
Post a Comment