KERAJAAN MAJAPAHIT DAN KEDIRI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Hirobbil Alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberi rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu dan dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Pendidikan Sejarah Indonesia tentang KERAJAAN MAJAPAHIT DAN KEDIRI
Penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak. Semoga budi baik mereka di terima Allah SWT
sebagai amal ibadah dan akan diberi balasan berupa pahala yang berlipat ganda.
Dan penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca guna penyempurnaan makalah ini.
Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan khususnya untuk teman-teman di sekolah dan masyarakat pada umumnya.
Haurgeulis,
Desember 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.................................................................................................. 1
B.
Rumusan masalah............................................................................................. 1
C.
Tujuan............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Kerajaan Majapahit .......................................................................................... 3
B.
Kerajaan Kediri................................................................................................. 6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan....................................................................................................... 17
B.
Saran................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam pelajaran
sejarah di SD & SMP, kita pernah belajar tentang kerajaan-kerajaan
Hindu-Budha yang pernah berdiri di Indonesia, salah satunya adalah Kerajaan
Kediri. Kerajaan Kediri adalah kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri pada
abad ke-12, tepatnya pada tahun 1042-1222. Kerajaan ini merupakan bagian dari
Kerajaan Mataram kuno. Pusat kerajaannya terletak di dekat tepi Sungai Brantas
yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai. Ibukota kerajaan
ini adalah Daha (yang berarti kota api), yang terletak di sekitar kota Kediri
sekarang. Untuk lebih jelasnya, kami membuat makalah ini dengan tujuan agar
pembaca dapat mengetahui tentang Kerajaan Kediri, sehingga pembaca dapat
memahami dan mengetahui salah satu kerajaan besar di Jawa Timur ini.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Siapakah pendiri Kerajaan Majapahit dan Kediri?
2.
Dimana letak lokasi Kerajaan Majapahit dan
Kediri?
3.
Siapa tokoh terkenal Kerajaan Majapahit dan
Kediri?
4.
Apa Peninggalan Sejarah Kerajaan Majapahit dan
Kediri?
5.
Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Majapahit dan
Kediri?
6.
Berapa lama usian Kerajaan Majapahit dan Kediri?
C.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
1.
Umum : Untuk mengetahui tentang Kerajaan
Majapahit dan Kediri
2.
Khusus : Untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Sejarah Indonesia mengenai materi tentang Kerajaan-Kerajaan pada masa
Hindu-Budha di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kerajaan
Majapahit
Pada
saat terjadi serangan Jayakatwang, Raden Wijaya bertugas menghadang bagian
utara, ternyata serangan yang lebih besar justru dilancarkan dari selatan. Maka
ketika Raden Wijaya kembali ke Istana, ia melihat Istana Kerajaan Singasari
hampir habis dilalap api dan mendengar Kertanegara telah terbunuh bersama
pembesar-pembesar lainnya. Akhirnya ia melarikan diri bersama sisa-sisa tentaranya
yang masih setia dan dibantu penduduk desa Kugagu. Setelah merasa aman ia pergi
ke Madura meminta perlindungan dari Aryawiraraja. Berkat bantuannya ia berhasil
menduduki tahta, dengan menghadiahkan daerah tarik kepada Raden Wijaya sebagai
daerah kekuasaannya.
Ketika
tentara Mongol datang ke Jawa dengan dipimpin Shih-Pi, Ike-Mise, dan Kau Hsing
dengan tujuan menghukum Kertanegara, maka Raden Wijaya memanfaatkan situasi itu
untuk bekerja sama menyerang Jayakatwang. Setelah Jayakatwang terbunuh, tentara
Mongol berpesta pora merayakan kemenanganya. Kesempatan itu pula dimanfaatkan
oleh Raden Wijaya untuk berbalik melawan tentara Mongol, sehingga tentara
Mongol terusir dari Jawa dan pulang ke negrinya. Maka tahun 1293 Raden Wijaya
naik tahta dan bergelar Sri Kertajasa
Jayawardhana.
1.
Pendiri
Kerajaan Majapahit
Dalam sejarah Indonesia kita mengatahui bahwa di Pulau Jawa ini dulu
pernah berkuasa beberapa kerajaan kuno yang memiliki kekuasaan yang cukup
besar. Salah satunya ialah Kerajaan Majapahit. Yang mana pusat kotanya berada
pada Trowulan dan bekas sisa-sisa reruntuhan ibukota tersebut masih kita jumpai
sampai saat ini.
Kerajaan Majapahit merupakan sebuah kerajaan Hindu Indonesia yang sukses
mempersatukan hampir keseluruhan wilayah Nusantara sekarang ini. Pengaruh
kekuasaan dari kerajaan ini sangat luas, bahkan samapi juga di negara-negara
tetangga di wilayah Asia.
Berdirinya kerajaan Majapahit diawali dari runtuhya Kerajaan Singasari
yang diakibatkan serangan prajurit Jayakatwang asal kediri tahun 1292. Dalam
perang itu Jayakatwang bisa menyerang sampai dalam kraton dan membunuh Raja
Kartanagara, sehingga kekuasaan Singasari berakhir.
Raden Wijaya, sebagai menantu Kartanegara, dengan beberapa prajuritnya
mengungsi ke Madura untuk memohon bantuan kepada Wiraraja, adipati Sumenep.
Raja Wijaya dan pengikutnya diterima dengan baik oleh Wiraraja. Atas nasihat
dari Wiraraja, Raden Wijaya kemudian menyerahkan diri kepada Jayakatwang dan
dia mengabdi di Kediri.
Raden Wijaya pun slalu menunjukkan sikap setiannya terhadap Jayakarta,
sehingga memperoleh keparcayaan dai Jayakatwang. Lalau Raden Wijaya memohon
agar hutan Tarik dibuka, dengan alasan untuk memudahkan berburu. Jayakatwang
memang gemar memburu.
2.
Letak
Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah ada di
Indonesia. Bahkan, kerajaan tersebut masih merupakan kerajaan yang terbesar
pula di Asia Tenggara. Letak kerajaan Majapahit diyakini berada di wilayah
kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto - Jawa Timur. Namun,
peninggalan-peninggalan kerajaan Majapahit cukup banyak tersebar di wilayah
Mojokerto, Kediri dan Jombang.
Walaupun sepertinya ada banyak versi mengenai hal ini, namun sebagian
besar antropologis, arkeolog, ilmuwan, dan ahli budaya percaya bahwa letak kerajaan
Majapahit yang sebenarnya adalah di daerah Trowulan dan sekitarnya. Sebab, di
daerah ini lah yang paling banyak ditemukan benda – benda yang berhubungan
dengan kerajaan ini, misalnya artefak, prasasti, dan berbagai konstruksi
bangunan seperti candi – candi, makam, maupun gapura.
Dengan banyaknya penemuan tersebut, pemerintah pun menetapkan desa
Trowulan sebagai situs cagar budaya. Semua warga tidak boleh sembarangan
mendirikan bangunan di atas desa ini dan sekitarnya agar tidak mempersulit
proses penggalian dan pencarian sisa – sisa kerajaan Majapahit lainnya. Selain
itu, konstruksi bangunan yang terlalu kuat dikawatirkan juga dapat merusak
benda – benda peninggalan lain yang masih terkubur.
Meskipun demikian, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa letak kerajaan
Majapahit berada di kawasan lain. Buktinya, pada 2008 lalu, tim peneliti
menemukan banyak tembok dan sumur di kota Kediri. Di lokasi yang sama, banyak
pula ditemukan benda – benda seperti guci dan tembikar. Bisa jadi, kota Kediri
ini juga memang pernah menjadi pusat kerajaan Majapahit.
3.
Peninggalan
Kerajaan Majapahit
Berikut beberapa
peninggalan bersejarah dari kerajaan Majapahit yang masih ada hingga sekarang.
1) Candi
Sukuh
Peninggalan
Kerajaan Majapahit Candi Sukuh terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso,
Karanganyar, Jawa Tengah, 36 km dari Surakarta atau 20 km dari Kota
Karanganyar.Menurut perkiraan, Candi Sukuh ini dibangun pada tahun 1437 Masehi
dan masuk kedalam jenis candi Hindu dengan bentuk piramid. Struktur bangunan
Candi Sukuh memiliki bentuk yang unik dan berbeda dengan candi peninggalan
Kerajaan Majapahit yang lain dan di sekitar reruntuhan Candi Sukuh ini juga
terdapat banyak objek Lingga dan Yoni yang melambangkan seksualitas dengan
beberapa relief serta patung yang memperlihatkan organ intim dari manusia.
Candi ini ditemukan pada tahun 1815 oleh residen Surakarta bernama Johnson yang
ditugaskan oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data dari bukunya
yakni “The History of Java”. Kemudian pada tahun 1842, candi ini juga sudah
diteliti oleh Arekolog dari Belanda bernama Van der Vlies dan kemudian dipugar
pada tahun 1928. Candi Sukuh kemudian diusulkan menjadi salah satu situs
warisan dunia pada tahun 1995.
2) Candi
Cetho
Peninggalan
Kerajaan MajapahitCandi Cethi terletak di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan
Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah. Menurut perkiraan para sejarawan, Candi Cetho
ini berasal dari akhir keruntuhan Kerajaan Majapahit di sekitar abad ke-15
Masehi dan candi ini baru ditemukan pada tahun 1842 karena tulisan dari seorang
arkeolog Belanda yakni Van de Vlies. Candi Cetho dibangun dengan menggunakan
corak Hindu yang seringkali dipakai warga serta peziarah Hindu untuk tempat
pemujaan. Tempat ini juga sering dijadikan tempat untuk bertapa untuk
masyarakat Kejawen asli Jawa. Penggalian pertama dilakukan pada tahun 1928
untuk rekonstruksi oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda dan dari penelitian
ditemukan jika usia candi tersebut hampir sama dengan Candi Sukuh yang
lokasinya tidak jauh dari candi ini, akan tetapi terdapat perbedaan sebab candi
ini dibuat di kompleks yang berundak. Secara keseluruhan, Candi Cetho ini
mempunyai 13 buah teras dan juga banyak anak tangga yang juga dilengkapi dengan
banyak archa serta punden di sepanjang tangga tersebut. Diatas candi ini
terdapat Puri yang disebut dengan Puri Saraswati.
3) Candi
Pari
Peninggalan
Kerajaan MajapahitCandi Pari terletak di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong,
Sidoarjo, Jawa Timur. Menurut perkiraan, Candi ini dibangun saat masa
pemerintahan Prabu Hayam Wuruk tahun 1350 sampai dengan 1389 Masehi. Candi ini
terletak di 2 km arah Barat Laut semburan pusat lumpur panas Lapindo Brantas.
Candi Pari ini juga dibangun dengan batu bata berbentuk persegi empat seperti
pura yang ada di Bali dan candi ini dibangun menghadap ke arah Barat.
Diperkirakan, Candi Pari ini dibangun pada tahun 1371 Masehi dan dari J.Knebel
yang ditulis dalam laporannya, Candi Pari dan juga Candi Sumur, dibangun untuk
mengenang sekaligus memperingati hilangnya adik angkat dan juga seorang sahabat
dari salah satu putra Prabu brawijaya yang menolak untuk tinggal di Keraton
Kerajaan Majapahit. Diatas pintu Candi Pari ini dulunya terdapat batu tua dan
apabila dilihat dari arsitektur sangat dipengaruhi dengan budaya Campa yakni
kebudayaan dari Vietnam. Ini bisa terjadi karena dulu Indonesia menjalin
hubungan dagang dengan Vietnam dan disaat yang bersamaan juga, perekonomian
Vietnam hancur sehingga sebagian orang mengungsi ke Jawa Timur.
4) Candi
Jabung
Peninggalan
Kerajaan MajapahitCandi Jabung terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton,
Probolinggo, Jawa Timur. Candi ini terbuat dari bata merah yang disusun yang
masih bertahan setelah sekian tahun. Di saat lawatan berkeliling Jawa Timur
tahun 1359, Raja Hayam Wuruk dikatakan pernah singgah pada Candi Jabung tersebut.
Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit dengan bercorak bangunan
Hindu, sedangkan struktur bangunannya terlihat hampir serupa dengan Candi Bahal
dari peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Utara.
5) Gapura
Wringin Lawang
Peninggalan Kerajaan
MajapahitGapura Wringin Lawang terletak di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan,
Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini juga terbuat dari bata merah seperti Candi
Jabung dengan tinggi mencapai 15.5 meter berukuran 13 x 11 meter dan menurut
perkiraan dibangun pada abad ke-14 Masehi.
6) Gapura
Bajang Ratu
Peninggalan
Kerajaan MajapahitGapura Bajang Ratu terletak di Desa Temon, Kecamatan
Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur dan menurut perkiraan dibangun pada abad ke-14
Masehi. Di dalam Kitab Negarakertagama, gapura ini dikatakan berguna untuk
pintu masuk ke bangunan suci yang memperingati wafatnya Raja Jayanegara.
Menurut perkiraan, Gapura ini menjadi gapura terbesar di sepanjang masa
Kerajaan Majapahit. Sebelum Raja Jayanegara wafat, bangunan tersebut dipakai
sebagai pintu belakang Kerajaan Majapahit yang juga didukung dengan relief Sri
Tanjung dengan sayap gapura melambangkan pelepasan. Struktur bangunan dari
Gapura Bajang Ratu ini berbentuk vertikal dengan 3 bagian yakni kaki, badan dan
juga atap, apabila dilihat dari atas, candi ini berbentuk segi empat dengan
panjang 11.5 x 10.5 meter dan ketinggian mencapai 16.5 meter dan lorong 1.4
meter. Pada bagian kaki candi terdapat bingkai bawah dan juga atas dan badan
kaki serta terdapat juga relief Sri Tajung. Pada masa itu, relief dipercaya
sebagai penangkal dari bahaya, sementara di bagian sayap kanan terdapat relief
Ramayana.
7) Candi
Brahu
Peninggalan
Kerajaan MajapahitCandi Brahu terletak di kawasan situs arkeologi Trowulan di
Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
Prasasti ini dibuat oleh Mpu Sendok dan berguna sebagai tempat pembakaran
jenazah dari raja-raja Majapahit. Nama Brahu ini menurut perkiraan berasal dari
kata Wanaru atau Warahu yang didapatkan dari sebutan bangunan suci dan terdapat
pada prasasti Alasantan, Prasasti tersebut ditemukan pada lokasi yang tidak
jauh dari candi tersebut.
8) Candi
Tikus
Peninggalan
Kerajaan MajapahitSeperti pada Candi Brahu, Candi Tikus juga sama-sama berada
di situs arkeologi Trowulan di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan
Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini masih terdapat di dalam bawah tanah
sebelum akhirnya ditemukan dan digali pada tahun 1914 dan kemudian dilakukan
pemugaran pada tahun 1984 sampai dengan 1985. Candi ini mendapat nama candi
tikus sebab disaat penemuannya, banyak warga melihat bangunan tersebut menjadi
sarang tikus. Belum ada yang bisa memastikan siapa yang membangun Candi Tiku
ini, akan tetapi dengan adanya sebuah menara kecil, maka diperkirakan dibangun
pada abad ke-13 sampai dengan ke-14 Masehi sebab miniatur menara tersebut
merupakan ciri khas dari bangunan pada abad tersebut.
9) Candi
Surawana
Peninggalan
Kerajaan MajapahitCandi Surawana terletak di Desa Canggu, Kecamatan Pare,
Kediri, Jawa Timur di 25 km Timur Laut Kota Kediri. Candi ini memiliki nama
asli Candi Wishnubhawanapura yang dibangun pada abad ke-14 Masehi. Candi ini
dibangun untuk memuliakan Bhre Wengker yang merupakan seorang raja Kerajaan
Wengker yang ada dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Candi ini dibangun
dengan corak Hindu yang keadaannya sudha tidak utuh lagi sekarang ini, bagian
dasarnya sudah mengalami rekonstruksi sedangkan untuk bagian badan serta atap
candi sudah hancur dan tak bersisa dan hanya kaki Candi dengan tinggi 3 meter
saja yang masih berdiri dengan tegak.
10) Candi
Wringin Branjang
Peninggalan
Kerajaan MajapahitCandi Wringin Branjang terdapat di Desa Gadungan, Kecamatan
Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi ini memiliki bentuk yang
terlihat sederhana dan tidak dilengkapi dengan kaki candi namun hanya atap dan
badan candi saja.
Candi ini
berukuran panjang 400 cm, lebar 300 cm dan tinggi 500 cm, sedangkan lebar pintu
masuk adalah 100 cm dan ketinggian mencapai 200 cm. Pada bagian dinding juga
tidak dilengkapi dengan relief seperti pada candi umumnya, namun terdapat
lubang ventilasi pada candi ini. Candi ini diperkirakan digunakan sebagai
tempat penyimpanan alat untuk upacara dan sejenisnya.
4.
Tokoh-tokoh
/ Raja-Raja yang Pernah Memerintah MAJAPAHIT
1) Kertajasa
Jawardhana (1293 – 1309)
Merupakan
pendiri kerajaan Majapahit, pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya dibantu
oleh mereka yang turut berjasa dalam merintis berdirinya Kerajaan Majapahit,
Aryawiraraja yang sangat besar jasanya diberi kekuasaan atas sebelah Timur meliputi
daerah Lumajang, Blambangan. Raden Wijaya memerintah dengan sangat baik dan
bijaksana. Susunan pemerintahannya tidak berbeda dengan susunan pemerintahan
Kerajaan Singasari.
2) Raja
Jayanegara (1309-1328)
Kala
Gemet naik tahta menggantikan ayahnya dengan gelar Sri Jayanegara. Pada Masa
pemerintahannnya ditandai dengan pemberontakan-pemberontakan. Misalnya
pemberontakan Ranggalawe 1231 saka, pemberontakan Lembu Sora 1233 saka,
pemberontakan Juru Demung 1235 saka, pemberontakan Gajah Biru 1236 saka,
Pemberontakan Nambi, Lasem, Semi, Kuti dengan peristiwa Bandaderga.
Pemberontakan Kuti adalah pemberontakan yang berbahaya, hampir meruntuhkan
Kerajaan Majapahit. Namun semua itu dapat diatasi. Raja Jayanegara dibunuh oleh
tabibnya sendiri yang bernama Tanca. Tanca akhirnya dibunuh pula oleh Gajah
Mada.
3) zTribuwana
Tunggadewi (1328 – 1350)
Raja
Jayanegara meninggal tanpa meninggalkan seorang putrapun, oleh karena itu yang
seharusnya menjadi raja adalah Gayatri, tetapi karena ia telah menjadi seorang
Bhiksu maka digantikan oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar Tribuwana
Tunggadewi, yang dibantu oleh suaminya yang bernama Kartawardhana. Pada tahun
1331 timbul pemberontakan yang dilakukan oleh daerah Sadeng dan Keta (Besuki).
Pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada yang pada saat itu menjabat
Patih Daha. Atas jasanya ini Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Kerajaan
Majapahit menggantikan Pu Naga. Gajah Mada kemudian berusaha menunjukkan
kesetiaannya, ia bercita-cita menyatukan wilayah Nusantara yang dibantu oleh
Mpu Nala dan Adityawarman. Pada tahun 1339, Gajah Mada bersumpah tidak makan
Palapa sebelum wilayah Nusantara bersatu. Sumpahnya itu dikenal dengan Sumpah
Palapa, adapun isi dari amukti palapa adalah sebagai berikut :”Lamun luwas
kalah nusantara isum amakti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, ring
Sunda, ring Palembang, ring Tumasik, samana sun amukti palapa”. Kemudian Gajah
Mada melakukan penaklukan-penaklukan.
4) Hayam
Wuruk
Hayam
Wuruk naik tahta pada usia yang sangat muda yaitu 16 tahun dan bergelar
Rajasanegara. Di masa pemerintahan Hayam Wuruk yang didampingi oleh Mahapatih
Gajah Mada, Majapahit mencapai keemasannya. Dari Kitab Negerakertagama dapat
diketahui bahwa daerah kekuasaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, hampir
sama luasnya dengan wilayah Indonesia yang sekarang, bahkan pengaruh kerajaan
Majapahit sampai ke negara-negara tettangga. Satu-satunya daerah yang tidak
tunduk kepada kekuasaaan Majapahit adalah kerajaan Sunda yang saat itu dibawah
kekuasaan Sri baduga Maharaja. Hayam Wuruk bermaksud mengambil putri Sunda
untuk dijadikan permaisurinya. Setelah putri Sunda (Diah Pitaloka) serta
ayahnya Sri Baduga Maharaja bersama para pembesar Sunda berada di Bubat, Gajah
Mada melakukan tipu muslihat, Gajah Mada tidak mau perkawinan Hayam Wuruk
dengan putri Sunda dilangsungkan begitu saja. Ia menghendaki agar putri Sunda
dipersembahkan kepada Majapahit (sebagai upeti). Maka terjadilah perselisihan
paham dan akhirnya terjadinya perang Bubat. Banyak korban dikedua belah pihak,
Sri Baduga gugur, putri Sunda bunuh diri.
Tahun
1364 Gajah Mada meninggal, Kerajaan Majapahit kehilangan seorang mahapatih yang
tak ada duanya. Untuk memilih penggantinya bukan suatu pekerjaan yang mudah.
Dewan Saptaprabu yang sudah beberapa kali mengadakan sidang untuk memilih
pengganti Gajah Mada akhirnya memutuskan bahwa Patih Hamungkubhumi Gajah Mada
tidak akan diganti “untuk mengisi kekosongan dalam pelaksanaan pemerintahan
diangkat Mpu Tandi sebagais Wridhamantri, Mpu Nala sebagai menteri Amancanegara
dan patih dami sebagai Yuamentri. Raja Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389.
5) Wikramawardhana
Putri
mahkota Kusumawardhani yang naik tahta menggantikan ayahnya bersuamikan
Wikramawardhana. Dalam prakteknya Wikramawardhanalah yang menjalankan roda
pemerintahan. Sedangkan Bhre Wirabhumi anak Hayam Wuruk dari selir, karena Bhre
Wirabhumi (Putri Hayam Wuruk) dari selir maka ia tidak berhak menduduki tahta
kerajaan walaupun demikian ia masih diberi kekuasaan untuk memerintah di Bagian
Timur Majapahit , yaitu daerah Blambangan. Perebutan kekuasaan antara
Wikramawardhana dengan Bhre Wirabhumi disebut perang Paregreg. Wikramawardhana
meninggal tahun 1429, pemerintahan raja-raja berikutnya berturut-turut adalah
Suhita, Kertawijaya, Rajasa Wardhana, Purwawisesa dan Brawijaya V, yang tidak
luput ditandai perebutan kekuasaan.
5.
Hancurnya
Kerajaan Majapahit
Pasukan
Majapahit, sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14,
kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada
tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta.
Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani, (sketsa
rakyat majapahit) yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana.
Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang
juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut Perang
Paregregdiperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi
melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana,
semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung.
Tampaknya
perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya
di seberang. Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang
dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa
kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho
ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota
pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak,Tuban, dan Ampel; maka Islam pun
mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.
Wikramawardhana
memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang
memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana
dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat
dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya,
adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya
wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar
Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD.
Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana,
putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan
digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi
memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja
Majapahit.
Ketika
Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara.
Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh
Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan
baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan
Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara. Di bagian barat
kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung
kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan
abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan
melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah
taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai
melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.
B.
Kerajaan
kediri
Kerajaan
Kediri atau Kerajaan Panjalu adalah merupakan sebuah kerajaan besar yang
terletak di daerah Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12 yang terdapat di
Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang
terletak di sekitar Kota Kediri sekarang. Kerajaan ini merupakan bagian dari
Kerajaan Mataram Kuno. Pusat kerajaanya terletak di tepi Sungai Brantas yang
pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai. Atau bisa disebut
sebagai lalu linntas transportasi terfavorite di zaman terebut.
1.
Pendirinya
Kerajaan Kediri
Penemuan
Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan
Kerajaan Kediri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi tentang
kerajaan tersebut. Beberapa arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca yang
ditemukan di desa Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama
kalinya ditemukan patung Dewa ( bentuk bangunan kerajaan
kediri) Syiwa Catur Muka atau bermuka empat. Pada tahun
1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan menjadi dua
bagian.
Pembagian
kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan
kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan
Kahuripan menjadi Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh
gunung Kawi dan sungai Brantas dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M),
kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M). Tujuan
pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.Kerajaan Jenggala
meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan pelabuhannya Surabaya,
Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya Kahuripan, sedangkan Panjalu kemudian
dikenal dengan nama Kediri meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya Daha.
2.
Perkembangan
dan letak kerajaan kediri
Pada
awal masa perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota di Daha tidaklah
banyak diketahui orang. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan oleh
Kerajaan Janggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara kedua
kerajaan sepeninggal Airlangga. Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui oleh
adanya prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja
sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya yang sudah diketahui, sedangkan
urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa sudah dapat diketahui dengan jelas
berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan.Kerajaan Panjalu di bawah
pemerintahan Sri Jayabaya berhasil menaklukkan Kerajaan Janggala dengan
semboyannya yang terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati,
atau Panjalu Menang.Pada masa pemerintahan Sri Jayabayalah akhirnya Kerajaan
Kediri baru mengalami masa kejayaannya.
Wilayah
kerajaan ini mencakup seluruh Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan juga
sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.
Hal ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya Chou Ku-fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Cina secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Pada Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu, sedangkan di Sumatra dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya. Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007 yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaa. Kediri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi mengenai kerajaan tersebut.
Hal ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya Chou Ku-fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Cina secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Pada Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu, sedangkan di Sumatra dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya. Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007 yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaa. Kediri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi mengenai kerajaan tersebut.
3.
Tokoh-tokoh
Kerajaan Kediri / Raja-Raja yang Pernah Memerintah Kediri
1. Shri
Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu
Jayawarsa
merupakan raja pertama yang memerintah kerajaan Kediri dengan prasasti sirah
keting yang berangka tahun 1104. Pada masa pemerintahannya, raja jayawarsa
memberikan hadiah kepada rakyat desa sebagai tanda penghargaan , karena rakyat
desa telah berjasa kepada rakyat. Dari prasati itu diketahui bahwa jayawarsa
sangat besar perhatiannya kepada rakyatnya dan berupaya meninggkatkan
ksejahteraan rakyatnya. Ia menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.
2. Kameshwara
Kameshwara
merupakan raja ke-dua kerajaan Kediri yang bergelar Sri Maharajarake Sirikan
Shri Kameshwara Sakalabhuwanatushtikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama
Digjayottunggadewa (1115 – 1130). Lancana kerajaanya adalah tengkorak yang
bertaring disebut Candrakapala. Selama masa pemerintahannya Mpu Darmaja telah
mengubah kitab samaradana. Dalam kitab ini sang raja di puji–puji sebagai
titisan dewa Kama, dan ibukotanya yang keindahannya dikagumi oleh seluruh dunia
bernama Dahana. Permaisurinya bernama Shri Kirana, yang berasal dari Janggala.
3. Jayabaya
Jayabaya
merupakan raja kediri ketiga yang digelari Sri Maharaja Sri Kroncarryadipa
Handabhuwanapalaka Parakramanindita Digjayotunggadewanama Shri Gandra. Raja
Kediri paling tersohor adalah Prabu Jayabaya. Dibawah pemerintahannya Kediri
berhasil mencapai kejayaan. Keahlian sebagai pemimpin politik yang ulung
Jayabaya termasyur dengan ramalan-ramalannya. Ramalan–ramalan itu dikumpulkan
dalam satu kitab yang berjudul jongko Joyoboyo. Dukungan spiritual dan material
dari Prabu Jayabaya dan hal budaya dan kesusastraan tidak tanggung–tanggung.
Sikap merakyat dan visinya yang jauh kedepan telah menjadikan prabu Jayabaya
layak untuk dikenang.
4. Prabu
Sarwaswera
Prabu
Sarwaswera dikenal sebagai raja yang taatberagama dan berbudaya. Prabu
Sarwaswera memegang teguh prinsip tat wam asi yang artinya Dikaulah itu,
dikaulah (semua) itu, semua makhluk adalah engkau. Tujuan hidup manusia menurut
prabu Sarwaswera yang terakhir adalah mooksa, yaitu pemanunggalan jiwatma
dengan paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu yang menuju kearah kesatuan,
segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar.
5. Prabu
Kroncharyadipa
Namanya
yang memiliki arti benteng kebenaran, sang prabu memang senantiasa berbuat adil
pada masyarakatnya. Sebagai pemeluk agama yang taat mengendalikan diri dari
pemerintahannya dengan prinsip sad kama murka, yaitu enam macam musuh dalam
diri manusia. Keenam itu antara lain kroda (marah), moha (kebingungan), kama
(hawa nafsu), loba (rakus), mada (mabuk), masarya (iri hati).
6) Srengga
Kertajaya
Srengga
Kertajaya dikenal sebagai seorang prabu yang tak henti-hentinya bekerja keras
demi bangsa dan negaranya. Masyarakat yang aman dan tentram sangat diharapkan
olehnya. Prinsip kesucian prabu Srengga menurut para dalang wayang dilukiskan
oleh prapanca. Kertajaya merupakan raja terakhir pada masa Kerajaan Kediri.
Kertajaya adalah raja yang mulia serta sangat peduli dengan rakyatnya.
Kertajaya dikenal dengan catur marganya yang memiliki arti empat jalan yaitu
darma, arta, kama, moksa.
4.
Perkembangan
Politik Kerajaan Kediri
Mapanji
Garasakan memerintah Kediri tidaklah lama. Ia kemudian digantikan oleh Raja
Mapanji Alanjung (1052 – 1059 M). Mapanji Alanjung kemudian diganti lagi oleh
Sri Maharaja Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara Jenggala dan
Panjalu menyebabkan selama 60 tahun tidak ada berita yang jelas mengenai kedua
kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja Bameswara (1116 – 1135 M) dari
Kediri. Pada masa itu ibu kota Panjalu telah dipindahkan dari Daha ke Kediri
sehingga kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri. Raja Bameswara
menggunakan lencana kerajaan berupa tengkorak bertaring di atas bulan sabit
yang biasa disebut Candrakapala. Setelah Bameswara turun tahta, ia kemudian
digantikan oleh Jayabaya yang dalam masa pemerintahannya itu berhasil
menaklukkan Jenggala.
Pada
tahun 1019 M Airlangga diangkat menjadi raja Medang Kamulan. Airlangga berusaha
memulihkan kembali kewibawaan Medang Kamulan. Setelah kewibawaan kerajaan
berahasil dipulihkan, Airlangga memindahkan pusat pemerintahannya dari Medang
Kamulan ke Kahuripan. Berkat kerja kerasnya, Medang Kamulan mencapai kejayaan
dan kemakmuran. Jelang akhir hayatnya, Airlangga memutuskan untuk mundur dari
pemerintahan dan menjadi pertapa dengan sebutan Resi Gentayu. Airlangga
akhirnya wafat pada tahun 1049 M. Seharusnya Pewaris tahta kerajaan Medang
Kamulan adalah seorang putri yaitu Sri Sanggramawijaya yang lahir dari seorang
permaisuri. Akan tetapi karena memilih menjadi pertapa, kekuasaan beralih pada
putra Airlangga yang lahir dari selir.
Agar
tidak terjadi perang saudara, Medang Kamulan dibagi menjadi dua yaitu kerajaan
Jenggala dengan ibu kota Kahuripan, dan kerajaan Kediri (Panjalu) dengan ibu
kota Dhaha. Tetapi usaha tersebut mengalami kegagalan. Hal ini dapat terlihat
hingga abad ke 12, dimana Kerajaan Kediri tetap menjadi kerajaan yang megah dan
makmur namun tetap tidak damai sepenuhnya dikarenakan dibayangi Jenggala yang
berada dalam posisi yang lebih lemah. Hal itu mengakibatkan kondisi gelap,
penuh kemunafikan dan pembunuhan berlangsung terhadap pangeran dan raja-raja
antar kedua negara tersebut. Namun pertikaian ini berakhir dengan kekalahan
yang dialami oleh jenggala, dan kerajaan kembali dipersatukan di bawah
kekuasaan Kerajaan Kediri.
5.
Peninggalan
sejarah kerajaan Kediri
a. Prasasti
Banjaran yang berangka tahun 1052 M , menjelaskan kemenangan Kerajaan Kediri
atas Jenggala
b. Prasasti
ngantang tahun 1135 atau 1052 M, menjelaskan Kerajaan Kediri pada masa Raja
Jayabaya. Pada prasasti ini terdapat semboyan Panjalu Jayati yang memiliki arti
Kediri Menang.
c. Prasasti
laring (1104 M ) Dari raja Gandra, yang memuat tentang sejumlah nama-nama hewan
seperti kebo waruga dan tikus jantan.
d. Prasati
yang ditemukan di tulungagung dan Kertosono, Berisi tentang masalah – masalah
keagamaan dan diperkirakan berasal dari Raja Bameswara ( 1171-1130 M )
e. Prasasti
Kamulan (1194 M )
Yang
menyatakan bahwa pada masa pemerintahahn Raja Kertajaya , kerajaan kediri telah
berhasil mengalahkan musuh yang menguasai istana di katang – katang.
Seni
sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan Kediri. Pada tahun 1157
Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh Mpu Sedah dan diselesaikan oleh Mpu Panuluh.
Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang berisi kemenangan Pandawa atas
Korawa, sebagai kiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala. Selain itu, Mpu
Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa dan Ghatotkachasraya. Terdapat pula
pujangga zaman pemerintahan Sri Kameswara bernama Mpu Dharmaja yang menulis
Kakawin Smaradahana.
Kemudian
pada zaman pemerintahan Kertajaya terdapat pujangga bernama Mpu Monaguna yang
menulis Sumanasantaka dan Mpu Triguna yang menulis Kresnayana.Di samping kitab
sastra maupun prasasti di atas, juga ditemukan berita China yang banyak
memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat dan pemerintahan Kediri yang
tidak ditemukan dari sumber yang lain. Berita Cina tersebut disusun melalui
kitab yang berjudul Ling-mai-tai-ta yang ditulis oleh Cho-ku-Fei tahun 1178 M
dan kitab Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau-Ju-Kua tahun 1225 M.
6.
Runtuhnya
Kerajaan Kediri
Kerajaan
Kediri runtuh dikarenakan pada masa pemerintahan Kertajaya, dan dikisahkan
dalam Pararaton dan Nagarakretagama. Pada masa itu kertajaya (tahun 1222)
mengalami pertentangan dengan kaum Brahmana. Kaum Brahmana menggangap Kertajaya
telah melanggar agama dan memaksa meyembahnya sebagai dewa. Kemudian kaum
Brahmana meminta perlindungan Ken Arok, akuwu Tumapel. Kebetulan Ken Arok juga
bercita-cita memerdekakan Tumapel yang merupakan daerah bawahan Kadiri. Perang
antara Kerajaan Kediri dan Tumapel terjadi dekat desa Ganter.
Dalam
peperangan tersebut Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya, pada masa itu
menandai berakhirnya masa kejayaan kerajaan Kediri. yang sejak saat itu
kemudian kediri menjadi bawahan Tumapel atau Singoasari. Setelah Ken Arok
mengalahkan Kertajaya, Kerajaan kediri menjadi suatu wilayah dibawah kekuasaan
Singosari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai bupati
kerajaan kediri. Pada tahun 1258 Jayasabha digantikan oleh putranya yang
bernama Sastrajaya.
Pada
tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya, yang bernama Jayakatwang.
Jayakatwang memberontak terhadap Kerajaan
Singosari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam masa
lalu yang mana leluhurnya Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok.Setelah berhasil
membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali Kerajaan Kadiri, namun
hanya bertahan selama satu tahun dikarenakan serangan gabungan yang dilancarkan
oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil penjelasan makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa Kerajaan
Majapahit adalah kerajaan bercorak Hindu terakhir terbesar di Pulau Jawa.
Kerajaan Majapahit didirikan pada tahun 1293 M. Kerajaan ini berdiri di hutan
Tarik dekat Mojokerto.
Berdasarkan analisa kami dari sejumlah referensi yang saya baca, kami dapat
menyimpulkan juga beberapa hal tentang Kerajaan Kediri yaitu :
Kerajaan Kediri merupakan salah
satu kerajaan yang besar yang pernah berkuasa di Nusantara. Kerajaan Kediri
sudah ada sebelum Raja Airlangga membagi Kerajaan Mataram Kuno menjadi dua bagian.
Kerajaan Kediri sempat menjadi
kerajaan yang kaya dan disegani di Asia. Kerajaan Kediri mengalami 2 kali
pendirian masa, yang pertama saat Airlangga membagi Kerajaan Mataram Kuno, yang
kedua saat Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara.
B.
Saran
Menurut Ir. Soekarno beliau berkata
“JASMERAH” Jangan Lupakan Sejarah, maka kita penerima warisan (sejarah)
hendaknya lebih giat lagi mencari pengetahuan mengenai sejarah-sejarah masa
lampau. Contoh kecil adalah mencari peristiwa apa saja yang terjadi sebelum
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian kita akan menambah rasa
patriotisme (cinta tanah air) yang sebagai pemuda-pemudi bangsa sangat penting
memiliki jiwa tanah air, guna membangun bangsa yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://kelasbelajarku.blogspot.com/2013/10/menelusuri-sejarah-dan-letak-kerajaan.html
https://ibnuasmara.com/kerajaan-majapahit/
http://androidters-soft.blogspot.co.id/2016/01/makalah-kerajaan-majapahit.html
http://rinapatra.blogspot.co.id/2014/05/makalah-kerajaan-kediri.html
http://indahsarigk.blogspot.co.id/2012/12/makalah-kerajaan-kediri.html
http://sejarahlengkap.com/indonesia/kerajaan/peninggalan-kerajaan-majapahit
No comments:
Post a Comment