Friday, December 21, 2018

MAKALAH KERAJAAN MAJAPAHIT DAN KERAJAAN KEDIRI


KERAJAAN MAJAPAHIT DAN KEDIRI

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Hirobbil Alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu dan dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan Sejarah Indonesia  tentang KERAJAAN MAJAPAHIT DAN KEDIRI
Penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Semoga budi baik mereka di terima Allah SWT sebagai amal ibadah dan akan diberi balasan berupa pahala yang berlipat ganda. Dan penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca guna penyempurnaan makalah ini.
Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan khususnya untuk teman-teman di sekolah dan masyarakat pada umumnya.


Haurgeulis,   Desember 2018

Penyusun










DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR............................................................................................   i
DAFTAR ISI...........................................................................................................   ii

BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang..................................................................................................   1
B.       Rumusan masalah.............................................................................................   1
C.       Tujuan...............................................................................................................   1
BAB II PEMBAHASAN
A.      Kerajaan Majapahit ..........................................................................................   3
B.       Kerajaan Kediri.................................................................................................   6
BAB III PENUTUP
A.      Kesimpulan.......................................................................................................   17
B.       Saran.................................................................................................................   17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................   18



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
             Dalam pelajaran sejarah di SD & SMP, kita pernah belajar tentang kerajaan-kerajaan Hindu-Budha yang pernah berdiri di Indonesia, salah satunya adalah Kerajaan Kediri. Kerajaan Kediri adalah kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12, tepatnya pada tahun 1042-1222. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram kuno. Pusat kerajaannya terletak di dekat tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai. Ibukota kerajaan ini adalah Daha (yang berarti kota api), yang terletak di sekitar kota Kediri sekarang. Untuk lebih jelasnya, kami membuat makalah ini dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui tentang Kerajaan Kediri, sehingga pembaca dapat memahami dan mengetahui salah satu kerajaan besar di Jawa Timur ini.

B.       Rumusan Masalah
1.        Siapakah pendiri Kerajaan Majapahit dan Kediri?
2.        Dimana letak lokasi Kerajaan Majapahit dan Kediri?
3.        Siapa tokoh terkenal Kerajaan Majapahit dan Kediri?
4.        Apa Peninggalan Sejarah Kerajaan Majapahit dan Kediri?
5.        Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Majapahit dan Kediri?
6.        Berapa lama usian Kerajaan Majapahit dan Kediri?

C.      Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah :
1.        Umum : Untuk mengetahui tentang Kerajaan Majapahit dan Kediri
2.        Khusus : Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia mengenai materi tentang Kerajaan-Kerajaan pada masa Hindu-Budha di Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kerajaan Majapahit  
            Pada saat terjadi serangan Jayakatwang, Raden Wijaya bertugas menghadang bagian utara, ternyata serangan yang lebih besar justru dilancarkan dari selatan. Maka ketika Raden Wijaya kembali ke Istana, ia melihat Istana Kerajaan Singasari hampir habis dilalap api dan mendengar Kertanegara telah terbunuh bersama pembesar-pembesar lainnya. Akhirnya ia melarikan diri bersama sisa-sisa tentaranya yang masih setia dan dibantu penduduk desa Kugagu. Setelah merasa aman ia pergi ke Madura meminta perlindungan dari Aryawiraraja. Berkat bantuannya ia berhasil menduduki tahta, dengan menghadiahkan daerah tarik kepada Raden Wijaya sebagai daerah kekuasaannya.
            Ketika tentara Mongol datang ke Jawa dengan dipimpin Shih-Pi, Ike-Mise, dan Kau Hsing dengan tujuan menghukum Kertanegara, maka Raden Wijaya memanfaatkan situasi itu untuk bekerja sama menyerang Jayakatwang. Setelah Jayakatwang terbunuh, tentara Mongol berpesta pora merayakan kemenanganya. Kesempatan itu pula dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk berbalik melawan tentara Mongol, sehingga tentara Mongol terusir dari Jawa dan pulang ke negrinya. Maka tahun 1293 Raden Wijaya naik tahta dan bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana.           
1.      Pendiri Kerajaan Majapahit
Dalam sejarah Indonesia kita mengatahui bahwa di Pulau Jawa ini dulu pernah berkuasa beberapa kerajaan kuno yang memiliki kekuasaan yang cukup besar. Salah satunya ialah Kerajaan Majapahit. Yang mana pusat kotanya berada pada Trowulan dan bekas sisa-sisa reruntuhan ibukota tersebut masih kita jumpai sampai saat ini.
Kerajaan Majapahit merupakan sebuah kerajaan Hindu Indonesia yang sukses mempersatukan hampir keseluruhan wilayah Nusantara sekarang ini. Pengaruh kekuasaan dari kerajaan ini sangat luas, bahkan samapi juga di negara-negara tetangga di wilayah Asia.

Berdirinya kerajaan Majapahit diawali dari runtuhya Kerajaan Singasari yang diakibatkan serangan prajurit Jayakatwang asal kediri tahun 1292. Dalam perang itu Jayakatwang bisa menyerang sampai dalam kraton dan membunuh Raja Kartanagara, sehingga kekuasaan Singasari berakhir.
Raden Wijaya, sebagai menantu Kartanegara, dengan beberapa prajuritnya mengungsi ke Madura untuk memohon bantuan kepada Wiraraja, adipati Sumenep. Raja Wijaya dan pengikutnya diterima dengan baik oleh Wiraraja. Atas nasihat dari Wiraraja, Raden Wijaya kemudian menyerahkan diri kepada Jayakatwang dan dia mengabdi di Kediri.
Raden Wijaya pun slalu menunjukkan sikap setiannya terhadap Jayakarta, sehingga memperoleh keparcayaan dai Jayakatwang. Lalau Raden Wijaya memohon agar hutan Tarik dibuka, dengan alasan untuk memudahkan berburu. Jayakatwang memang gemar memburu.
2.      Letak Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan terbesar yang pernah ada di Indonesia. Bahkan, kerajaan tersebut masih merupakan kerajaan yang terbesar pula di Asia Tenggara. Letak kerajaan Majapahit diyakini berada di wilayah kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto - Jawa Timur. Namun, peninggalan-peninggalan kerajaan Majapahit cukup banyak tersebar di wilayah Mojokerto, Kediri dan Jombang.
Walaupun sepertinya ada banyak versi mengenai hal ini, namun sebagian besar antropologis, arkeolog, ilmuwan, dan ahli budaya percaya bahwa letak kerajaan Majapahit yang sebenarnya adalah di daerah Trowulan dan sekitarnya. Sebab, di daerah ini lah yang paling banyak ditemukan benda – benda yang berhubungan dengan kerajaan ini, misalnya artefak, prasasti, dan berbagai konstruksi bangunan seperti candi – candi, makam, maupun gapura.
Dengan banyaknya penemuan tersebut, pemerintah pun menetapkan desa Trowulan sebagai situs cagar budaya. Semua warga tidak boleh sembarangan mendirikan bangunan di atas desa ini dan sekitarnya agar tidak mempersulit proses penggalian dan pencarian sisa – sisa kerajaan Majapahit lainnya. Selain itu, konstruksi bangunan yang terlalu kuat dikawatirkan juga dapat merusak benda – benda peninggalan lain yang masih terkubur.

Meskipun demikian, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa letak kerajaan Majapahit berada di kawasan lain. Buktinya, pada 2008 lalu, tim peneliti menemukan banyak tembok dan sumur di kota Kediri. Di lokasi yang sama, banyak pula ditemukan benda – benda seperti guci dan tembikar. Bisa jadi, kota Kediri ini juga memang pernah menjadi pusat kerajaan Majapahit.
3.      Peninggalan Kerajaan Majapahit
Berikut beberapa peninggalan bersejarah dari kerajaan Majapahit yang masih ada hingga sekarang.
1)      Candi Sukuh
Peninggalan Kerajaan Majapahit Candi Sukuh terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah, 36 km dari Surakarta atau 20 km dari Kota Karanganyar.Menurut perkiraan, Candi Sukuh ini dibangun pada tahun 1437 Masehi dan masuk kedalam jenis candi Hindu dengan bentuk piramid. Struktur bangunan Candi Sukuh memiliki bentuk yang unik dan berbeda dengan candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang lain dan di sekitar reruntuhan Candi Sukuh ini juga terdapat banyak objek Lingga dan Yoni yang melambangkan seksualitas dengan beberapa relief serta patung yang memperlihatkan organ intim dari manusia. Candi ini ditemukan pada tahun 1815 oleh residen Surakarta bernama Johnson yang ditugaskan oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data dari bukunya yakni “The History of Java”. Kemudian pada tahun 1842, candi ini juga sudah diteliti oleh Arekolog dari Belanda bernama Van der Vlies dan kemudian dipugar pada tahun 1928. Candi Sukuh kemudian diusulkan menjadi salah satu situs warisan dunia pada tahun 1995.
2)      Candi Cetho
Peninggalan Kerajaan MajapahitCandi Cethi terletak di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Karanganyar, Jawa Tengah. Menurut perkiraan para sejarawan, Candi Cetho ini berasal dari akhir keruntuhan Kerajaan Majapahit di sekitar abad ke-15 Masehi dan candi ini baru ditemukan pada tahun 1842 karena tulisan dari seorang arkeolog Belanda yakni Van de Vlies. Candi Cetho dibangun dengan menggunakan corak Hindu yang seringkali dipakai warga serta peziarah Hindu untuk tempat pemujaan. Tempat ini juga sering dijadikan tempat untuk bertapa untuk masyarakat Kejawen asli Jawa. Penggalian pertama dilakukan pada tahun 1928 untuk rekonstruksi oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda dan dari penelitian ditemukan jika usia candi tersebut hampir sama dengan Candi Sukuh yang lokasinya tidak jauh dari candi ini, akan tetapi terdapat perbedaan sebab candi ini dibuat di kompleks yang berundak. Secara keseluruhan, Candi Cetho ini mempunyai 13 buah teras dan juga banyak anak tangga yang juga dilengkapi dengan banyak archa serta punden di sepanjang tangga tersebut. Diatas candi ini terdapat Puri yang disebut dengan Puri Saraswati.
3)      Candi Pari
Peninggalan Kerajaan MajapahitCandi Pari terletak di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Menurut perkiraan, Candi ini dibangun saat masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk tahun 1350 sampai dengan 1389 Masehi. Candi ini terletak di 2 km arah Barat Laut semburan pusat lumpur panas Lapindo Brantas. Candi Pari ini juga dibangun dengan batu bata berbentuk persegi empat seperti pura yang ada di Bali dan candi ini dibangun menghadap ke arah Barat. Diperkirakan, Candi Pari ini dibangun pada tahun 1371 Masehi dan dari J.Knebel yang ditulis dalam laporannya, Candi Pari dan juga Candi Sumur, dibangun untuk mengenang sekaligus memperingati hilangnya adik angkat dan juga seorang sahabat dari salah satu putra Prabu brawijaya yang menolak untuk tinggal di Keraton Kerajaan Majapahit. Diatas pintu Candi Pari ini dulunya terdapat batu tua dan apabila dilihat dari arsitektur sangat dipengaruhi dengan budaya Campa yakni kebudayaan dari Vietnam. Ini bisa terjadi karena dulu Indonesia menjalin hubungan dagang dengan Vietnam dan disaat yang bersamaan juga, perekonomian Vietnam hancur sehingga sebagian orang mengungsi ke Jawa Timur.
4)      Candi Jabung
Peninggalan Kerajaan MajapahitCandi Jabung terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Candi ini terbuat dari bata merah yang disusun yang masih bertahan setelah sekian tahun. Di saat lawatan berkeliling Jawa Timur tahun 1359, Raja Hayam Wuruk dikatakan pernah singgah pada Candi Jabung tersebut. Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit dengan bercorak bangunan Hindu, sedangkan struktur bangunannya terlihat hampir serupa dengan Candi Bahal dari peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Utara.


5)      Gapura Wringin Lawang
Peninggalan Kerajaan MajapahitGapura Wringin Lawang terletak di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini juga terbuat dari bata merah seperti Candi Jabung dengan tinggi mencapai 15.5 meter berukuran 13 x 11 meter dan menurut perkiraan dibangun pada abad ke-14 Masehi.
6)      Gapura Bajang Ratu
Peninggalan Kerajaan MajapahitGapura Bajang Ratu terletak di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur dan menurut perkiraan dibangun pada abad ke-14 Masehi. Di dalam Kitab Negarakertagama, gapura ini dikatakan berguna untuk pintu masuk ke bangunan suci yang memperingati wafatnya Raja Jayanegara. Menurut perkiraan, Gapura ini menjadi gapura terbesar di sepanjang masa Kerajaan Majapahit. Sebelum Raja Jayanegara wafat, bangunan tersebut dipakai sebagai pintu belakang Kerajaan Majapahit yang juga didukung dengan relief Sri Tanjung dengan sayap gapura melambangkan pelepasan. Struktur bangunan dari Gapura Bajang Ratu ini berbentuk vertikal dengan 3 bagian yakni kaki, badan dan juga atap, apabila dilihat dari atas, candi ini berbentuk segi empat dengan panjang 11.5 x 10.5 meter dan ketinggian mencapai 16.5 meter dan lorong 1.4 meter. Pada bagian kaki candi terdapat bingkai bawah dan juga atas dan badan kaki serta terdapat juga relief Sri Tajung. Pada masa itu, relief dipercaya sebagai penangkal dari bahaya, sementara di bagian sayap kanan terdapat relief Ramayana.
7)      Candi Brahu
Peninggalan Kerajaan MajapahitCandi Brahu terletak di kawasan situs arkeologi Trowulan di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Prasasti ini dibuat oleh Mpu Sendok dan berguna sebagai tempat pembakaran jenazah dari raja-raja Majapahit. Nama Brahu ini menurut perkiraan berasal dari kata Wanaru atau Warahu yang didapatkan dari sebutan bangunan suci dan terdapat pada prasasti Alasantan, Prasasti tersebut ditemukan pada lokasi yang tidak jauh dari candi tersebut.

8)      Candi Tikus
Peninggalan Kerajaan MajapahitSeperti pada Candi Brahu, Candi Tikus juga sama-sama berada di situs arkeologi Trowulan di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini masih terdapat di dalam bawah tanah sebelum akhirnya ditemukan dan digali pada tahun 1914 dan kemudian dilakukan pemugaran pada tahun 1984 sampai dengan 1985. Candi ini mendapat nama candi tikus sebab disaat penemuannya, banyak warga melihat bangunan tersebut menjadi sarang tikus. Belum ada yang bisa memastikan siapa yang membangun Candi Tiku ini, akan tetapi dengan adanya sebuah menara kecil, maka diperkirakan dibangun pada abad ke-13 sampai dengan ke-14 Masehi sebab miniatur menara tersebut merupakan ciri khas dari bangunan pada abad tersebut.
9)      Candi Surawana
Peninggalan Kerajaan MajapahitCandi Surawana terletak di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kediri, Jawa Timur di 25 km Timur Laut Kota Kediri. Candi ini memiliki nama asli Candi Wishnubhawanapura yang dibangun pada abad ke-14 Masehi. Candi ini dibangun untuk memuliakan Bhre Wengker yang merupakan seorang raja Kerajaan Wengker yang ada dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Candi ini dibangun dengan corak Hindu yang keadaannya sudha tidak utuh lagi sekarang ini, bagian dasarnya sudah mengalami rekonstruksi sedangkan untuk bagian badan serta atap candi sudah hancur dan tak bersisa dan hanya kaki Candi dengan tinggi 3 meter saja yang masih berdiri dengan tegak.
10)  Candi Wringin Branjang
Peninggalan Kerajaan MajapahitCandi Wringin Branjang terdapat di Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi ini memiliki bentuk yang terlihat sederhana dan tidak dilengkapi dengan kaki candi namun hanya atap dan badan candi saja.
Candi ini berukuran panjang 400 cm, lebar 300 cm dan tinggi 500 cm, sedangkan lebar pintu masuk adalah 100 cm dan ketinggian mencapai 200 cm. Pada bagian dinding juga tidak dilengkapi dengan relief seperti pada candi umumnya, namun terdapat lubang ventilasi pada candi ini. Candi ini diperkirakan digunakan sebagai tempat penyimpanan alat untuk upacara dan sejenisnya.

4.      Tokoh-tokoh /  Raja-Raja yang Pernah Memerintah MAJAPAHIT
1)      Kertajasa Jawardhana (1293 – 1309)
       Merupakan pendiri kerajaan Majapahit, pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya dibantu oleh mereka yang turut berjasa dalam merintis berdirinya Kerajaan Majapahit, Aryawiraraja yang sangat besar jasanya diberi kekuasaan atas sebelah Timur meliputi daerah Lumajang, Blambangan. Raden Wijaya memerintah dengan sangat baik dan bijaksana. Susunan pemerintahannya tidak berbeda dengan susunan pemerintahan Kerajaan Singasari.
2)      Raja Jayanegara (1309-1328)
       Kala Gemet naik tahta menggantikan ayahnya dengan gelar Sri Jayanegara. Pada Masa pemerintahannnya ditandai dengan pemberontakan-pemberontakan. Misalnya pemberontakan Ranggalawe 1231 saka, pemberontakan Lembu Sora 1233 saka, pemberontakan Juru Demung 1235 saka, pemberontakan Gajah Biru 1236 saka, Pemberontakan Nambi, Lasem, Semi, Kuti dengan peristiwa Bandaderga. Pemberontakan Kuti adalah pemberontakan yang berbahaya, hampir meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Namun semua itu dapat diatasi. Raja Jayanegara dibunuh oleh tabibnya sendiri yang bernama Tanca. Tanca akhirnya dibunuh pula oleh Gajah Mada.
3)      zTribuwana Tunggadewi (1328 – 1350)
       Raja Jayanegara meninggal tanpa meninggalkan seorang putrapun, oleh karena itu yang seharusnya menjadi raja adalah Gayatri, tetapi karena ia telah menjadi seorang Bhiksu maka digantikan oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar Tribuwana Tunggadewi, yang dibantu oleh suaminya yang bernama Kartawardhana. Pada tahun 1331 timbul pemberontakan yang dilakukan oleh daerah Sadeng dan Keta (Besuki). Pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada yang pada saat itu menjabat Patih Daha. Atas jasanya ini Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Kerajaan Majapahit menggantikan Pu Naga. Gajah Mada kemudian berusaha menunjukkan kesetiaannya, ia bercita-cita menyatukan wilayah Nusantara yang dibantu oleh Mpu Nala dan Adityawarman. Pada tahun 1339, Gajah Mada bersumpah tidak makan Palapa sebelum wilayah Nusantara bersatu. Sumpahnya itu dikenal dengan Sumpah Palapa, adapun isi dari amukti palapa adalah sebagai berikut :”Lamun luwas kalah nusantara isum amakti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, ring Sunda, ring Palembang, ring Tumasik, samana sun amukti palapa”. Kemudian Gajah Mada melakukan penaklukan-penaklukan.
4)      Hayam Wuruk
       Hayam Wuruk naik tahta pada usia yang sangat muda yaitu 16 tahun dan bergelar Rajasanegara. Di masa pemerintahan Hayam Wuruk yang didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada, Majapahit mencapai keemasannya. Dari Kitab Negerakertagama dapat diketahui bahwa daerah kekuasaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, hampir sama luasnya dengan wilayah Indonesia yang sekarang, bahkan pengaruh kerajaan Majapahit sampai ke negara-negara tettangga. Satu-satunya daerah yang tidak tunduk kepada kekuasaaan Majapahit adalah kerajaan Sunda yang saat itu dibawah kekuasaan Sri baduga Maharaja. Hayam Wuruk bermaksud mengambil putri Sunda untuk dijadikan permaisurinya. Setelah putri Sunda (Diah Pitaloka) serta ayahnya Sri Baduga Maharaja bersama para pembesar Sunda berada di Bubat, Gajah Mada melakukan tipu muslihat, Gajah Mada tidak mau perkawinan Hayam Wuruk dengan putri Sunda dilangsungkan begitu saja. Ia menghendaki agar putri Sunda dipersembahkan kepada Majapahit (sebagai upeti). Maka terjadilah perselisihan paham dan akhirnya terjadinya perang Bubat. Banyak korban dikedua belah pihak, Sri Baduga gugur, putri Sunda bunuh diri.
       Tahun 1364 Gajah Mada meninggal, Kerajaan Majapahit kehilangan seorang mahapatih yang tak ada duanya. Untuk memilih penggantinya bukan suatu pekerjaan yang mudah. Dewan Saptaprabu yang sudah beberapa kali mengadakan sidang untuk memilih pengganti Gajah Mada akhirnya memutuskan bahwa Patih Hamungkubhumi Gajah Mada tidak akan diganti “untuk mengisi kekosongan dalam pelaksanaan pemerintahan diangkat Mpu Tandi sebagais Wridhamantri, Mpu Nala sebagai menteri Amancanegara dan patih dami sebagai Yuamentri. Raja Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389.
5)      Wikramawardhana
       Putri mahkota Kusumawardhani yang naik tahta menggantikan ayahnya bersuamikan Wikramawardhana. Dalam prakteknya Wikramawardhanalah yang menjalankan roda pemerintahan. Sedangkan Bhre Wirabhumi anak Hayam Wuruk dari selir, karena Bhre Wirabhumi (Putri Hayam Wuruk) dari selir maka ia tidak berhak menduduki tahta kerajaan walaupun demikian ia masih diberi kekuasaan untuk memerintah di Bagian Timur Majapahit , yaitu daerah Blambangan. Perebutan kekuasaan antara Wikramawardhana dengan Bhre Wirabhumi disebut perang Paregreg. Wikramawardhana meninggal tahun 1429, pemerintahan raja-raja berikutnya berturut-turut adalah Suhita, Kertawijaya, Rajasa Wardhana, Purwawisesa dan Brawijaya V, yang tidak luput ditandai perebutan kekuasaan.

5.      Hancurnya Kerajaan Majapahit
            Pasukan Majapahit, sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota Kusumawardhani,  (sketsa rakyat majapahit) yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut Perang Paregregdiperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung.
            Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang. Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di SemarangDemak,Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa.
            Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja Majapahit.
            Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara. Di bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.

B.     Kerajaan kediri
            Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu adalah merupakan sebuah kerajaan besar yang terletak di daerah Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12 yang terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Pusat kerajaanya terletak di tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai. Atau bisa disebut sebagai lalu linntas transportasi terfavorite di zaman terebut.
1.        Pendirinya Kerajaan Kediri
            Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kediri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan tersebut. Beberapa arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca yang ditemukan di desa Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama kalinya ditemukan patung Dewa   ( bentuk bangunan kerajaan kediri)   Syiwa Catur Muka atau bermuka empat. Pada tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan menjadi dua bagian.
            Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan Kahuripan menjadi Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M). Tujuan pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya Kahuripan, sedangkan Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya Daha.
2.        Perkembangan dan letak kerajaan kediri
           Pada awal masa perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota di Daha tidaklah banyak diketahui orang. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan oleh Kerajaan Janggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara kedua kerajaan sepeninggal Airlangga. Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui oleh adanya prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya yang sudah diketahui, sedangkan urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa sudah dapat diketahui dengan jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan.Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabaya berhasil menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang.Pada masa pemerintahan Sri Jayabayalah akhirnya Kerajaan Kediri baru mengalami masa kejayaannya.
            Wilayah kerajaan ini mencakup seluruh Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan juga sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.
Hal ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya Chou Ku-fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Cina secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Pada Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu, sedangkan di Sumatra dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya. Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007 yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaa. Kediri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi mengenai kerajaan tersebut.
3.        Tokoh-tokoh Kerajaan Kediri / Raja-Raja yang Pernah Memerintah Kediri   
1.      Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu
     Jayawarsa merupakan raja pertama yang memerintah kerajaan Kediri dengan prasasti sirah keting yang berangka tahun 1104. Pada masa pemerintahannya, raja jayawarsa memberikan hadiah kepada rakyat desa sebagai tanda penghargaan , karena rakyat desa telah berjasa kepada rakyat. Dari prasati itu diketahui bahwa jayawarsa sangat besar perhatiannya kepada rakyatnya dan berupaya meninggkatkan ksejahteraan rakyatnya. Ia menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.
2.      Kameshwara
     Kameshwara merupakan raja ke-dua kerajaan Kediri yang bergelar Sri Maharajarake Sirikan Shri Kameshwara Sakalabhuwanatushtikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa (1115 – 1130). Lancana kerajaanya adalah tengkorak yang bertaring disebut Candrakapala. Selama masa pemerintahannya Mpu Darmaja telah mengubah kitab samaradana. Dalam kitab ini sang raja di puji–puji sebagai titisan dewa Kama, dan ibukotanya yang keindahannya dikagumi oleh seluruh dunia bernama Dahana. Permaisurinya bernama Shri Kirana, yang berasal dari Janggala.
3.      Jayabaya
     Jayabaya merupakan raja kediri ketiga yang digelari Sri Maharaja Sri Kroncarryadipa Handabhuwanapalaka Parakramanindita Digjayotunggadewanama Shri Gandra. Raja Kediri paling tersohor adalah Prabu Jayabaya. Dibawah pemerintahannya Kediri berhasil mencapai kejayaan. Keahlian sebagai pemimpin politik yang ulung Jayabaya termasyur dengan ramalan-ramalannya. Ramalan–ramalan itu dikumpulkan dalam satu kitab yang berjudul jongko Joyoboyo. Dukungan spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dan hal budaya dan kesusastraan tidak tanggung–tanggung. Sikap merakyat dan visinya yang jauh kedepan telah menjadikan prabu Jayabaya layak untuk dikenang.
4.      Prabu Sarwaswera
     Prabu Sarwaswera dikenal sebagai raja yang taatberagama dan berbudaya. Prabu Sarwaswera memegang teguh prinsip tat wam asi yang artinya Dikaulah itu, dikaulah (semua) itu, semua makhluk adalah engkau. Tujuan hidup manusia menurut prabu Sarwaswera yang terakhir adalah mooksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu yang menuju kearah kesatuan, segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar.


5.      Prabu Kroncharyadipa
     Namanya yang memiliki arti benteng kebenaran, sang prabu memang senantiasa berbuat adil pada masyarakatnya. Sebagai pemeluk agama yang taat mengendalikan diri dari pemerintahannya dengan prinsip sad kama murka, yaitu enam macam musuh dalam diri manusia. Keenam itu antara lain kroda (marah), moha (kebingungan), kama (hawa nafsu), loba (rakus), mada (mabuk), masarya (iri hati).
6) Srengga Kertajaya
     Srengga Kertajaya dikenal sebagai seorang prabu yang tak henti-hentinya bekerja keras demi bangsa dan negaranya. Masyarakat yang aman dan tentram sangat diharapkan olehnya. Prinsip kesucian prabu Srengga menurut para dalang wayang dilukiskan oleh prapanca. Kertajaya merupakan raja terakhir pada masa Kerajaan Kediri. Kertajaya adalah raja yang mulia serta sangat peduli dengan rakyatnya. Kertajaya dikenal dengan catur marganya yang memiliki arti empat jalan yaitu darma, arta, kama, moksa.

4.        Perkembangan Politik Kerajaan Kediri
            Mapanji Garasakan memerintah Kediri tidaklah lama. Ia kemudian digantikan oleh Raja Mapanji Alanjung (1052 – 1059 M). Mapanji Alanjung kemudian diganti lagi oleh Sri Maharaja Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara Jenggala dan Panjalu menyebabkan selama 60 tahun tidak ada berita yang jelas mengenai kedua kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja Bameswara (1116 – 1135 M) dari Kediri. Pada masa itu ibu kota Panjalu telah dipindahkan dari Daha ke Kediri sehingga kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri. Raja Bameswara menggunakan lencana kerajaan berupa tengkorak bertaring di atas bulan sabit yang biasa disebut Candrakapala. Setelah Bameswara turun tahta, ia kemudian digantikan oleh Jayabaya yang dalam masa pemerintahannya itu berhasil menaklukkan Jenggala.
            Pada tahun 1019 M Airlangga diangkat menjadi raja Medang Kamulan. Airlangga berusaha memulihkan kembali kewibawaan Medang Kamulan. Setelah kewibawaan kerajaan berahasil dipulihkan, Airlangga memindahkan pusat pemerintahannya dari Medang Kamulan ke Kahuripan. Berkat kerja kerasnya, Medang Kamulan mencapai kejayaan dan kemakmuran. Jelang akhir hayatnya, Airlangga memutuskan untuk mundur dari pemerintahan dan menjadi pertapa dengan sebutan Resi Gentayu. Airlangga akhirnya wafat pada tahun 1049 M. Seharusnya Pewaris tahta kerajaan Medang Kamulan adalah seorang putri yaitu Sri Sanggramawijaya yang lahir dari seorang permaisuri. Akan tetapi karena memilih menjadi pertapa, kekuasaan beralih pada putra Airlangga yang lahir dari selir.
            Agar tidak terjadi perang saudara, Medang Kamulan dibagi menjadi dua yaitu kerajaan Jenggala dengan ibu kota Kahuripan, dan kerajaan Kediri (Panjalu) dengan ibu kota Dhaha. Tetapi usaha tersebut mengalami kegagalan. Hal ini dapat terlihat hingga abad ke 12, dimana Kerajaan Kediri tetap menjadi kerajaan yang megah dan makmur namun tetap tidak damai sepenuhnya dikarenakan dibayangi Jenggala yang berada dalam posisi yang lebih lemah. Hal itu mengakibatkan kondisi gelap, penuh kemunafikan dan pembunuhan berlangsung terhadap pangeran dan raja-raja antar kedua negara tersebut. Namun pertikaian ini berakhir dengan kekalahan yang dialami oleh jenggala, dan kerajaan kembali dipersatukan di bawah kekuasaan Kerajaan Kediri.

5.        Peninggalan sejarah kerajaan Kediri    
a.       Prasasti Banjaran yang berangka tahun 1052 M , menjelaskan kemenangan Kerajaan Kediri atas Jenggala
b.      Prasasti ngantang tahun 1135 atau 1052 M, menjelaskan Kerajaan Kediri pada masa Raja Jayabaya. Pada prasasti ini terdapat semboyan Panjalu Jayati yang memiliki arti Kediri Menang.
c.       Prasasti laring (1104 M ) Dari raja Gandra, yang memuat tentang sejumlah nama-nama hewan seperti kebo waruga dan tikus jantan.
d.      Prasati yang ditemukan di tulungagung dan Kertosono, Berisi tentang masalah – masalah keagamaan dan diperkirakan berasal dari Raja Bameswara ( 1171-1130 M )
e.       Prasasti Kamulan (1194 M )
            Yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahahn Raja Kertajaya , kerajaan kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang menguasai istana di katang – katang.
            Seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan Kediri. Pada tahun 1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh Mpu Sedah dan diselesaikan oleh Mpu Panuluh. Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang berisi kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai kiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala. Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa dan Ghatotkachasraya. Terdapat pula pujangga zaman pemerintahan Sri Kameswara bernama Mpu Dharmaja yang menulis Kakawin Smaradahana.
            Kemudian pada zaman pemerintahan Kertajaya terdapat pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis Sumanasantaka dan Mpu Triguna yang menulis Kresnayana.Di samping kitab sastra maupun prasasti di atas, juga ditemukan berita China yang banyak memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat dan pemerintahan Kediri yang tidak ditemukan dari sumber yang lain. Berita Cina tersebut disusun melalui kitab yang berjudul Ling-mai-tai-ta yang ditulis oleh Cho-ku-Fei tahun 1178 M dan kitab Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau-Ju-Kua tahun 1225 M.

6.        Runtuhnya Kerajaan Kediri
            Kerajaan Kediri runtuh dikarenakan pada masa pemerintahan Kertajaya, dan dikisahkan dalam Pararaton dan Nagarakretagama. Pada masa itu kertajaya (tahun 1222) mengalami pertentangan dengan kaum Brahmana. Kaum Brahmana menggangap Kertajaya telah melanggar agama dan memaksa meyembahnya sebagai dewa. Kemudian kaum Brahmana meminta perlindungan Ken Arok, akuwu Tumapel. Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita memerdekakan Tumapel yang merupakan daerah bawahan Kadiri. Perang antara Kerajaan Kediri dan Tumapel terjadi dekat desa Ganter.
            Dalam peperangan tersebut Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya, pada masa itu menandai berakhirnya masa kejayaan kerajaan Kediri. yang sejak saat itu kemudian kediri menjadi bawahan Tumapel atau Singoasari. Setelah Ken Arok mengalahkan Kertajaya, Kerajaan kediri menjadi suatu wilayah dibawah kekuasaan Singosari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai bupati kerajaan kediri. Pada tahun 1258 Jayasabha digantikan oleh putranya yang bernama Sastrajaya.
            Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya, yang bernama Jayakatwang. Jayakatwang memberontak terhadap Kerajaan Singosari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam masa lalu yang mana leluhurnya Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok.Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali Kerajaan Kadiri, namun hanya bertahan selama satu tahun dikarenakan serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari hasil penjelasan makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Majapahit adalah kerajaan bercorak Hindu terakhir terbesar di Pulau Jawa. Kerajaan Majapahit didirikan pada tahun 1293 M. Kerajaan ini berdiri di hutan Tarik dekat Mojokerto.
Berdasarkan analisa kami dari sejumlah referensi yang saya baca, kami dapat menyimpulkan juga beberapa hal tentang Kerajaan Kediri yaitu :
 Kerajaan Kediri merupakan salah satu kerajaan yang besar yang pernah berkuasa di Nusantara. Kerajaan Kediri sudah ada sebelum Raja Airlangga membagi Kerajaan Mataram Kuno menjadi dua bagian.
 Kerajaan Kediri sempat menjadi kerajaan yang kaya dan disegani di Asia. Kerajaan Kediri mengalami 2 kali pendirian masa, yang pertama saat Airlangga membagi Kerajaan Mataram Kuno, yang kedua saat Jayakatwang berhasil mengalahkan Kertanegara.

B.     Saran
            Menurut Ir. Soekarno beliau berkata “JASMERAH” Jangan Lupakan Sejarah, maka kita penerima warisan (sejarah) hendaknya lebih giat lagi mencari pengetahuan mengenai sejarah-sejarah masa lampau. Contoh kecil adalah mencari peristiwa apa saja yang terjadi sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian kita akan menambah rasa patriotisme (cinta tanah air) yang sebagai pemuda-pemudi bangsa sangat penting memiliki jiwa tanah air, guna membangun bangsa yang lebih baik lagi.



DAFTAR PUSTAKA

http://kelasbelajarku.blogspot.com/2013/10/menelusuri-sejarah-dan-letak-kerajaan.html
https://ibnuasmara.com/kerajaan-majapahit/
http://androidters-soft.blogspot.co.id/2016/01/makalah-kerajaan-majapahit.html
http://rinapatra.blogspot.co.id/2014/05/makalah-kerajaan-kediri.html
http://indahsarigk.blogspot.co.id/2012/12/makalah-kerajaan-kediri.html
http://sejarahlengkap.com/indonesia/kerajaan/peninggalan-kerajaan-majapahit



No comments:

Post a Comment