MAKALAH HUTAN MANGROVE
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Hirobbil Alamin, Puji
Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik serta hidayah-Nya
sehingga penulis mampu dan dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di buat
untuk memenuhi tugas tentang HUTAN MANGROVE
Penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak. Semoga budi baik mereka di terima Allah SWT
sebagai amal ibadah dan akan diberi balasan berupa pahala yang berlipat ganda.
Dan penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca guna penyempurnaan makalah ini.
Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan khususnya untuk teman-teman di sekolah dan masyarakat pada umumnya.
Haurgeulis,
Desember 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar
Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 2
2.1
Pengertian Hutan Mangrove.................................................................. 2
2.2
Ciri-ciri Hutan Mangrove...................................................................... 3
2.3
Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove.................................................. 4
2.4
Luas Hutan Mangrove di Indonesia...................................................... 7
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 9
3.2 Saran...................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ekosistem adalah suatu sistem
ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan
kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang
saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan
penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik
antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada
suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme
dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada.
Dalam ekosistem, organisme
dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu
sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya
organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Pengertian
ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: “organisme, khususnya
mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem
kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan”. Hal ini mengarah
pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat terkendali dan
sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya.
Hutan bakau atau disebut juga
hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang
terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan
ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi
bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun
di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang
dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau
bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi
tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh
pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di
tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau
karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mnegenai pengertian hutan
mangrove, ciri-ciri, fungsi dan manfaat serta luasan hutan mangrove di dunia
khususnya di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Hutan Mangrove berasal dari
kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English). Hutan mangrove dikenal juga
dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan
bakau. Hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai tipe ekosistem hutan yang
tumbuh di daerah batas pasang-surutnya air, tepatnya daerah pantai dan sekitar
muara sungai. Tumbuhan tersebut tergenang di saat kondisi air pasang dan bebas
dari genangan di saat kondisi air surut. Hutan mangrove merupakan komunitas
vegetasi mayoritas pesisir pantai di daerah tropis & sub tropis yang
didominasi oleh tumbuhan mangrove pada daerah pasang surut pantai berlumpur
khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan
organik.
Tumbuhan mangrove bersifat
unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan
di laut dan tergolong dalam ekosistem peralihan atau dengan kata lain berada di
tempat perpaduan antara habitat pantai dan habitat darat yang keduanya bersatu
di tumbuhan tersebut. Hutan mangrove juga berperan dalam menyeimbangkan
kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar.
Umumnya mangrove mempunyai
sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem
perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin
oksigen atau bahkan anaerob. Pada hutan mangrove: tanah, air, flora dan fauna
hidup saling memberi dan menerima serta menciptakan suatu siklus ekosistem
tersendiri. Hutan mangrove memberikan masukan unsur hara terhadap ekosistem
air, menyediakan tempat berlindung dan tempat asuhan bagi anak-anak ikan,
tempat kawin/pemijahan, dan lain-lain. Sumber makanan utama bagi organisme air
di daerah mangrove adalah dalam bentuk partikel bahan organik (detritus) yang
dihasilkan dari dekomposisi serasah mangrove (seperti daun, ranting dan bunga).
Hutan mangrove sangat berbeda
dengan tumbuhan lain di hutan pedalaman tropis dan subtropis, ia dapat
dikatakan merupakan suatu hutan di pinggir laut dengan kemampuan adaptasi yang
luar biasa. Akarnya, yang selalu tergenang oleh air, dapat bertoleransi
terhadap kondisi alam yang ekstreem seperti tingginya salinitas dan garam. Hal
ini membuatnya sangat unik dan menjadi suatu habitat atau ekosistem yang tidak
ada duanya.
Dari sekian banyak jenis
mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang banyak ditemukan antara lain adalah
jenis api-api (Avicennia sp), bakau (Rhizophora sp), tancang (Bruguiera sp),
dan bogem atau pedada (Sonneratia sp), merupakan tumbuhan mangrove utama yang
banyak dijumpai. Jenis-jenis mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang
menangkap, menahan endapan dan menstabilkan tanah habitatnya. Fauna mangrove
hampir mewakili semua phylum, meliputi protozoa sederhana sampai burung,
reptilia dan mamalia. Secara garis besar fauna mangrove dapat dibedakan
atas fauna darat (terrestrial), fauna air tawar dan fauna laut. Fauna
darat, misalnya kera ekor panjang (Macaca spp.), Biawak (Varanus salvator),
berbagai jenis burung, dan lain-lain. Sedangkan fauna laut didominasi
oleh Mollusca dan Crustaceae. Golongan Mollusca umunya didominasi oleh
Gastropoda, sedangkan golongan Crustaceae didominasi oleh Bracyura.
2.2. Ciri-ciri Hutan
Mangrove
Hutan mangrove memiliki
ciri-ciri fisik yang unik di banding tanaman lain. Hutan mangrove mempunyai
tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun.
Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang
ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus.
Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove
lebih bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh
dengan baik di air tawar.
Hal ini terlihat pada jenis
Bruguiera sexangula, Bruguiera gymnorrhiza, dan Sonneratia caseolaris yang
tumbuh, berbuah dan berkecambah di Kebun Raya Bogor dan hadirnya mangrove di
sepanjang tepian sungai Kapuas, sampai ke pedalaman sejauh lebih 200 km, di
Kalimantan Barat. Mangrove juga berbeda dari hutan darat, dalam hal ini
jenis-jenis mangrove tertentu tumbuh menggerombol di tempat yang sangat luas.
Disamping Rhizophora spp., jenis penyusun utama mangrove lainnya dapat tumbuh
secara “coppice”. Asosiasi hutan mangrove selain terdiri dari sejumlah jenis
yang toleran terhadap air asin dan lingkungan lumpur, bahkan juga dapat
berasosiasi dengan hutan air payau di bagian hulunya yang hampir seluruhnya
terdiri atas tegakan nipah Nypa fruticans.
Ciri-ciri ekosistem mangrove
terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik,
adalah :
- memiliki
jenis pohon yang relatif sedikit;
- memiliki
akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung
dan menjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal
seperti pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia
spp.;
- memiliki
biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya,
khususnya pada Rhizophora;
- memiliki
banyak lentisel pada bagian kulit pohon.
Sedangkan tempat hidup hutan
mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus ekosistem
mangrove, diantaranya adalah :
- tanahnya
tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang
pada saat pasang pertama;
- tempat
tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
- daerahnya
terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
- airnya
berkadar garam (bersalinitas) payau hingga asin.
2.3. Fungsi Dan Manfaat
Hutan Mangrove
Peranan, Manfaat dan Fungsi
Hutan Magrove dalam kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir sangat
banyak sekali. Baik itu langsung dirasakan oleh penduduk sekitar maupun
peranan, manfaat dan fungsi yang tidak langsung dari hutan mangrove itu
sendiri.
Tumbuhan yang hidup di hutan
mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang
hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang
menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan
suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan
anaerob. Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya
pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang; bila keadaan pantai
sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan menancapkan akarnya.
Menurut kamus Webster,
habitat didefinisikan sebagai “the natural abode of a plant or animal, esp. the
particular location where it normally grows or lives, as the seacoast, desert,
etc”. terjemahan bebasnya kira-kira adalah, tempat bermukim di alam bagi
tumbuhan dan hewan terutama untuk bisa hidup dan tumbuh secara biasa dan
normal, seperti pantai laut, padang pasir dan sebagainya. Salah satu tempat
tinggal komunitas hewan dan tanaman adalah daerah pantai sebagai habitat
mangrove. Di habitat ini bermukim pula hewan dan tanaman lain. Tidak semua
habitat sama kondisinya, tergantung pada keaneka ragaman species dan daya
dukung lingkungan hidupnya.
Telah banyak diketahui bahwa
pulau, sebagai salah satu habitat komunitas mangrove, bersifat dinamis, artinya
dapat berkembang meluas ataupun berubah mengecil bersamaan dengan berjalannya
waktu. Bentuk dan luas pulau dapat berubah karena aktivitas proses vulkanik
atau karena pergeseran lapisan dasar laut. Tetapi sedikit orang yang mengetahui
bahwa mangrove berperan besar dalam dinamika perubahan pulau, bahkan cukup
mengagetkan bila ada yang menyatakan bahwa mangrove itu dapat membentuk suatu
pulau. Dikatakan bahwa mangrove berperan penting dalam ‘membentuk pulau’.
Pada saat terjadi badai,
mangrove memberikan perlindungan bagi pantai dan perahu yang bertambat. Sistem
perakarannya yang kompleks, tangguh terhadap gelombang dan angin serta mencegah
erosi pantai. Pada saat cuaca tenang akar mangrove mengumpulkan bahan yang
terbawa air dan partikel endapan, memperlambat aliran arus air. Apabila
mangrove ditebang atau diambil dari habitatnya di pantai maka akan dapat
mengakibatkan hilangnya perlindungan terhadap erosi pantai oleh gelombang laut,
dan menebarkan partikel endapan sehingga air laut menjadi keruh yang kemudian
menyebabkan kematian pada ikan dan hewan sekitarnya karena kekurangan oksigen.
Proses ini menyebabkan pula melambatnya pertumbuhan padang lamun (seagrass).
Ekosistem hutan mangrove
memberikan banyak manfaat baik secara tidak langsung (non economic value)
maupun secara langsung kepada kehidupan manusia (economic vallues). Beberapa
manfaat mangrove antara lain adalah:
- Menumbuhkan
pulau dan menstabilkan pantai.
Salah satu peran dan sekaligus manfaat ekosistem mangrove,
adalah adanya sistem perakaran mangrove yang kompleks dan rapat, lebat dapat
memerangkap sisa-sia bahan organik dan endapan yang terbawa air laut dari
bagian daratan. Proses ini menyebabkan air laut terjaga kebersihannya dan
dengan demikian memelihara kehidupan padang lamun (seagrass) dan terumbu karang.
Karena proses ini maka mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan karena
endapan dan tanah yang ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai dari
waktu ke waktu. Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan
kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan.
Akar pohon mangrove juga menjaga pinggiran pantai dari bahaya erosi. Buah
vivipar yang dapat berkelana terbawa air hingga menetap di dasar yang dangkal
dapat berkembang dan menjadi kumpulan mangrove di habitat yang baru. Dalam
kurun waktu yang panjang habitat baru ini dapat meluas menjadi pulau sendiri.
- Menjernihkan
air.
Akar pernafasan (akar pasak) dari api-api dan tancang bukan
hanya berfungsi untuk pernafasan tanaman saja, tetapi berperan juga dalam menangkap
endapan dan bisa membersihkan kandungan zat-zat kimia dari air yang datang dari
daratan dan mengalir ke laut. Air sungai yang mengalir dari daratan seringkali
membawa zat-zat kimia atau polutan. Bila air sungai melewati akar-akar pasak
pohon api-api, zat-zat kimia tersebut dapat dilepaskan dan air yang terus
mengalir ke laut menjadi bersih. Banyak penduduk melihat daerah ini sebagai
lahan marginal yang tidak berguna sehingga menimbunnya dengan tanah agar lebih
produktif. Hal ini sangat merugikan karena dapat menutup akar pernafasan dan
menyebabkan pohon mati.
- Mengawali
rantai makanan.
Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah
mencapai dasar teruraikan oleh mikro organisme (bakteri dan jamur). Hasil
penguraian ini merupakan makanan bagi larva dan hewan kecil air yang pada
gilirannya menjadi mangsa hewan yang lebih besar serta hewan darat yang
bermukim atau berkunjung di habitat mangrove.
- Melindungi
dan memberi nutrisi.
Akar tongkat pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi
daerah nursery bagi hewan ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan
dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa
memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah
mangrove ini. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan
mencari makan di habitat mangrove.
- Manfaat
bagi manusia.
Masyarakat daerah pantai umumnya mengetahui bahwa hutan
mangrove sangat berguna dan dapat dimanfaatkan dalam berbagai cara untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Pohon mangrove adalah pohon berkayu yang kuat dan
berdaun lebat. Mulai dari bagian akar, kulit kayu, batang pohon, daun dan
bunganya semua dapat dimanfaatkan manusia. Beberapa kegunaan pohon mangrove
yang langsung dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah:
- Tempat
tambat kapal.
Daerah teluk yang terlidung seringkali dijadikan tempat berlabuh
dan bertambatnya perahu. Dalam keadaan cuaca buruk pohon mangrove dapat
dijadikan perlindungan dengan bagi perahu dan kapal dengan mengikatkannya pada
batang pohon mangrove. Perlu diperhatikan agar cara tambat semacam ini tidak
dijadikan kebiasaan karena dapat merusak batang pohon mangrove yang
bersangkutan.
- Obat-obatan.
Kulit batang pohonnya dapat dipakai untuk bahan pengawet dan
obat-obatan. Macam-macam obat dapat dihasilkan dari tanaman mangrove. Campuran
kulit batang beberapa species mangrove tertentu dapat dijadikan obat penyakit
gatal atau peradangan pada kulit. Secara tradisional tanaman mangrove dipakai
sebagai obat penawar gigitan ular, rematik, gangguan alat pencernaan dan
lain-lain. Getah sejenis pohon yang berasosiasi dengan mangrove (blind-your-eye
mangrove) atau Excoecaria agallocha dapat menyebabkan kebutaan sementara bila
kena mata, akan tetapi cairan getah ini mengandung cairan kimia yang dapat
berguna untuk mengobati sakit akibat sengatan hewan laut. Air buah dan kulit
akar mangrove muda dapat dipakai mengusir nyamuk. Air buah tancang dapat
dipakai sebagai pembersih mata. Kulit pohon tancang digunakan secara
tradisional sebagai obat sakit perut dan menurunkan panas. Di Kambodia bahan
ini dipakai sebagai penawar racun ikan, buah tancang dapat membersihkan mata,
obat sakit kulit dan di India dipakai menghentikan pendarahan. Daun mangrove
bila di masukkan dalam air bisa dipakai dalam penangkapan ikan sebagai bahan
pembius yang memabukkan ikan (stupefied).
- Pengawet.
Buah pohon tancang dapat dijadikan bahan pewarna dan
pengawet kain dan jaring dengan merendam dalam air rebusan buah tancang
tersebut. Selain mengawetkan hasilnya juga pewarnaan menjadi coklat-merah
sampai coklat tua, tergantung pekat dan lamanya merendam bahan. Pewarnaan ini banyak
dipakai untuk produksi batik, untuk memperoleh pewarnaan jingga-coklat. Air
rebusan kulit pohon tingi dipakai untuk mengawetkan bahan jaring payang oleh
nelayan di daerah Labuhan, Banten.
- Pakan
dan makanan.
Daunnya banyak mengandung protein. Daun muda pohon api-api
dapat dimakan sebagai sayur atau lalapan. Daun-daun ini dapat dijadikan
tambahan untuk pakan ternak. Bunga mangrove jenis api-api mengandung banyak
nectar atau cairan yang oleh tawon dapat dikonversi menjadi madu yang
berkualitas tinggi. Buahnya pahit tetapi bila memasaknya hatihati dapat pula
dimakan. .
- Bahan
mangrove dan bangunan.
Batang pohon mangrove banyak dijadikan bahan bakar baik
sebagai kayu bakar atau dibuat dalam bentuk arang untuk kebutuhan rumah tangga
dan industri kecil. Batang pohonnya berguna sebagai bahan bangunan. Bila pohon
mangrove mencapai umur dan ukuran batang yang cukup tinggi, dapat dijadikan
tiang utama atau lunas kapal layar dan dapat digunakan untuk balok konstruksi
rumah tinggal. Batang kayunya yang kuat dan tahan air dipakai untuk bahan
bangunan dan cerocok penguat tanah. Batang jenis tancang yang besar dan keras
dapat dijadikan pilar, pile, tiang telepon atau bantalan jalan kereta api. Bagi
nelayan kayu mangrove bisa juga untuk joran pancing. Kulit pohonnya dapat dibuat
tali atau bahan jaring.
Beberapa manfaat dan fungsi hutan mangrove dapat
dikelompokan sebagai berikut:
A. Manfaat / Fungsi Fisik :
1
Menjaga
agar garis pantai tetap stabil
2
Melindungi
pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
3
Menahan
badai/angin kencang dari laut
4
Menahan
hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru.
5
Menjadi
wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan yang
tawar
6
Mengolah
limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.
B. Manfaat / Fungsi Biologis :
- Menghasilkan
bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton,
sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan.
- Tempat
memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang.
- Tempat
berlindung, bersarang dan berkembang biak dari burung dan satwa lain.
- Sumber
plasma nutfah & sumber genetik.
- Merupakan
habitat alami bagi berbagai jenis biota.
C. Manfaat / Fungsi Ekonomis :
1. Penghasil kayu : bakar,
arang, bahan bangunan.
2. Penghasil bahan baku industri
: pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik, dll
3. Penghasil bibit ikan, nener,
kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak silvofishery
4. Tempat wisata, penelitian
& pendidikan.
2.4. Luas Hutan Mangrove
di Indonesia
Indonesia itu negara yang
kaya, kita harus bangga terhadap negara kita ini. kita mempunyai hutan mangrove
yang terluas didunia, sebaran terumbu karang yang eksotik, rumput laut yang
terhampar dihampir sepanjang pantai, sumber perikanan yang tidak ternilai banyaknya.
menurut Rusila Noor, dkk. (1999) Indonesia merupakan negara yang mempunyai luas
hutan mangrove terluas didunia dengan keragaman hayati terbesar didunia dan
struktur paling bervariasi didunia. Apa coba yang kurang… masalah data entar
deh kita lihat dibawah.
Hutan mangrove atau yang
biasa disebut hutan bakau, walaupun penyebutan hutan bakau itu tidak pas
sebenarnya karena bakau hanya merupakan salah satu dari jenis mangrove itu
sendiri yaitu jenis Rhizopora spp. Hutan mangrove merupakan tipe hutan yang khas
dan tumbuh disepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang
surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung
dari gempuran ombak dan daerah yang landai di daerah tropis dan sub tropis
(FAO, 2007).
Berdasarkan data Direktorat
Jendral Rehabilitas Lahan dan Perhutanan Sosial (2001) dalam Gunarto (2004)
luas hutan Mangrove di Indonesia pada tahun 1999 diperkirakan mencapai 8.60
juta hektar akan tetapi sekitar 5.30 juta hektar dalam keadaan rusak. Sedangkan
data FAO (2007) luas hutan Mangrove di Indonesia pada tahun 2005 hanya mencapai
3,062,300 ha atau 19% dari luas hutan Mangrove di dunia dan yang terbesar di
dunia melebihi Australia (10%) dan Brazil (7%).
Di Asia sendiri luasan hutan
mangrove indonesia berjumlah sekitar 49% dari luas total hutan mangrove di Asia
yang dikuti oleh Malaysia (10% ) dan Mnyanmar (9%). Akan tetapi diperkirakan
luas hutan manrove diindonesia telah berkurang sekitar 120.000 ha dari tahun
1980 sampai 2005 karena alasan perubahan penggunaan lahan menjadi lahan
pertanian (FAO, 2007).
Data Kementerian Negara
Lingkungan Hidup (KLH) RI (2008) berdasarkan Direktoral Jenderal Rehabilitasi
lahan dan Perhutanan Sosial (Ditjen RLPS), Dephut (2000) luas potensial hutan
mangrove Indonesia adalah 9.204.840.32 ha dengan luasan yang berkondisi baik
2.548.209,42 ha, kondisi rusak sedang 4.510.456,61 ha dan kondisi rusak
2.146.174,29 ha. Berdasarkan data tahun 2006 pada 15 provinsi yang bersumber
dari BPDAS, Ditjen RLPS, Dephut luas hutan mangrove mencapai 4.390.756,46 ha.
Data hasil pemetaan Pusat
Survey Sumber Daya Alam Laut (PSSDAL)-Bakosurtanal dengan menganalisis data
citra Landsat ETM (akumulasi data citra tahun 2006-2009, 190 scenes),
mengestimasi luas mangrove di Indonesia adalah 3.244.018,46 ha (Hartini et al.,
2010). Kementerian kehutanan tahun 2007 juga mengeluarkan data luas hutan
mangrove Indonesia, adapun luas hutan mangrove Indonesia berdasarkan
kementerian kehutanan adalah 7.758.410,595 ha (Direktur Bina Rehabilitasi Hutan
dan Lahan Kementerian Kehutanan, 2009 dalam Hartini et al., 2010), tetapi
hampir 70%nya rusak (belum tau kategori rusaknya seperti apa). kedua instansi
tersebut juga mengeluarkan data luas Mangrove per propinsi di 33 Provinsi di
Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Hutan Mangrove berasal dari
kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English). Hutan mangrove dikenal juga
dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan
bakau. Hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai tipe ekosistem hutan yang
tumbuh di daerah batas pasang-surutnya air, tepatnya daerah pantai dan sekitar
muara sungai.
Hutan mangrove sangat berbeda
dengan tumbuhan lain di hutan pedalaman tropis dan subtropis, ia dapat
dikatakan merupakan suatu hutan di pinggir laut dengan kemampuan adaptasi yang
luar biasa. Akarnya, yang selalu tergenang oleh air, dapat bertoleransi
terhadap kondisi alam yang ekstreem seperti tingginya salinitas dan garam. Hal
ini membuatnya sangat unik dan menjadi suatu habitat atau ekosistem yang tidak
ada duanya.
Hutan mangrove memiliki
ciri-ciri fisik yang unik di banding tanaman lain. Hutan mangrove mempunyai
tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun.
Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang
ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus.
Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove
lebih bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh
dengan baik di air tawar.
3.2
Saran
Untuk melestarikan keberadaan hutan bakau maka penyusun
menyarankan agar masyarakat menghentikan segala bentuk aktivitas yang dapat
merusak hutan bakau dan melakukan usaha rehabilitasi baik untuk mencegah
kerusakan hutan bakau maupun memulihkan kembali kondisi hutan bakau yang telah
rusak. Selain itu pemerintah juga perlu mempertegas undang-undang yang mengatur
tentang perusakan kawasan hutan dan menggalakkan program-program penyelamatan
hutan bakau.
DAFTAR PUSTAKA
Indriyanto.
2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta
Eddy,
Syaiful. 2008. Pengelolaan Potensi Hutan Mangrove Secara Berkelanjutan.
Palembang. Jurusan Biologi FMIPA Universitas PGRI Palembang.
Rusila
Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan
Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.
Hutan
Mangrove.
(a.n). [online]. http://www.lablink.or.id/Eko/Wetland/lhbs-mangrove.htm. (Rabu, 9 November 2011)
Hutan
Bakau Hutan Mangrove; Definisi dan Fungsi. (alamendah). [online]. http://alamendah.files.wordpress.com (Rabu, 9 November 2011)
Peranan,
Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove. (a.n). [online]. http://ekologi-hutan.blogspot.com (Rabu, 9 November 2011)
Hutan
Mangrove Indonesia, Sumber Daya Alam Yang Terlupakan. (a.n). [online]. http://oryza-sativa135rsh.blogspot.com/2010/05/hutan-mangrove-indonesia-sumber-daya.html (Rabu, 9 November 2011)
Hutan
Mangrove dan Luasannya di Indonesia. (a.n). [online]. http://mbojo.files.wordpress.com (Rabu, 9 November 2011)
No comments:
Post a Comment