MAKALAH KESULTANAN GOWA TALLO
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Hirobbil Alamin, Puji
Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik serta hidayah-Nya
sehingga penulis mampu dan dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di buat
untuk memenuhi tugas mata pelajaran SEJARAH tentang KESULTANAN GOWA TALLO.
Penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak. Semoga budi baik mereka di terima Allah SWT
sebagai amal ibadah dan akan diberi balasan berupa pahala yang berlipat ganda.
Dan penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca guna penyempurnaan makalah ini.
Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan khususnya untuk teman-teman di sekolah dan masyarakat pada umumnya.
Haurgeulis, Desember 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
1.1.LatarBelakang.................................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
1.3
Tujuan Penulisan................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................ 2
2.1 Sejarah awal Kerajaan Gowa Tallo.................................................................... 2
2.2 Letak Kerajaan Gowa Tallo............................................................................... 2
2.3 Silsilah Raja Kerajaan Gowa
Tallo.................................................................... 3
2.4 Kondisi sosial, ekonomi dan
politik Kerajaan Gowa Tallo................................ 4
2.5 Proses kehancuran dari Kerajaan
Gowa Tallo................................................... 7
2.6 Peninggalan-peninggalan Kerajaan
Gowa Tallo................................................ 7
BAB III PENUTUP........................................................................ 9
3.1.
Kesimpulan....................................................................................................... 9
3.2.
Saran .............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 10
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah
satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan.
Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung
selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada
dibawah Kabupaten Gowa dan daerah sekitarnya yang dalam bingkai negara kesatuan
RI dimekarkan menjadi Kotamadya Makassar dan kabupaten lainnya. Kerajaan ini
memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu
melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap
Belanda yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang berasal dari Suku Bugis dengan
rajanya Arung Palakka. Tapi perang ini bukan berati perang antar suku Makassar
– suku Bugis, karena di pihak Gowa ada sekutu bugisnya demikian pula di pihak
Belanda-Bone, ada sekutu Makassarnya. Politik Divide et Impera Belanda,
terbukti sangat ampuh disini. Perang Makassar ini adalah perang terbesar
Belanda yang pernah dilakukannya di abad itu.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Bagaimana sejarah awal dari Kerajaan Gowa Tallo?
b.
Dimana letak Kerajaan Gowa Tallo?
c.
Bagaimana silsilah Raja Kerajaan Gowa Tallo?
d. Bagaimana kondisi sosial,
ekonomi, dan politik di Kerajaan Gowa Tallo?
e.
Bagaimana proses kehancuran dari Kerajaan Gowa Tallo?
f.
Apa saja peninggalan Kerajaan Gowa Tallo?
1.3 Tujuan Penulisan
a.
Mengetahui sejarah awal dari Kerajaan Gowa Tallo.
b.
Mengetahui letak Kerajaan Gowa Tallo.
c.
Mengetahui silsilah Raja Kerajaan Gowa Tallo.
d. Mengetahui kondisi sosial,
ekonomi, dan politk di Kerajaan Gowa Tallo.
e.
Mengetahui proses kehancuran dari Kerajaan Gowa Tallo.
f.
Mengetahui peninggalan Kerajaan Gowa Tallo.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah awal Kerajaan Gowa Tallo
Pada
awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan
nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi
pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata,
Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai maupun paksaan,
komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari
pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi
tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang yang mendahului datangnya
Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan saudaranya
Kesultanan
Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan
paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari
kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan
dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di
bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan
ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang
saat itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669)
terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang dikuasai
oleh satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka.
Perang Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki sekutu
dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang Makassar.
Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya di abad
ke-17.
2.2 Letak
Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan Gowa dan Tallo lebih
dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah
Sulawesi Selatan. Makassar sebenarnya adalah ibukota Gowa yang dulu disebut
sebagai Ujungpandang. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang
penting, karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan
daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang, baik yang berasal
dari Indonesia bagian timur maupun para pedagang yang berasal dari daerah
Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan
Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur
perdagangan Nusantara. Berikut adalah peta Sulawesi Selatan pada saat itu.
2.3
Silsilah Raja Kerajaan Gowa Tallo
1. Tumanurunga (+ 1300)
2. Tumassalangga Baraya
3. Puang Loe Lembang
4. I Tuniatabanri
5. Karampang ri Gowa
6. Tunatangka Lopi (+ 1400)
7. Batara Gowa Tuminanga ri
Paralakkenna
8. Pakere Tau Tunijallo ri
Passukki
9. Daeng Matanre Karaeng
Tumapa'risi' Kallonna (awal abad ke-16)
10. I Manriwagau Daeng Bonto
Karaeng Lakiyung Tunipallangga Ulaweng (1546-1565)
11. I Tajibarani Daeng Marompa
Karaeng Data Tunibatte
12. I Manggorai Daeng Mameta
Karaeng Bontolangkasa Tunijallo (1565-1590).
13. I Tepukaraeng Daeng Parabbung
Tuni Pasulu (1593).
14. I Mangari Daeng Manrabbia
Sultan Alauddin Tuminanga ri Gaukanna Berkuasa mulai tahun 1593 - wafat tanggal
15 Juni 1639. Merupakan penguasa Gowa pertama yang memeluk agama Islam.
15. I Mannuntungi Daeng Mattola
Karaeng Lakiyung Sultan Malikussaid Tuminanga ri Papang Batuna Lahir 11
Desember 1605, berkuasa mulai tahun 1639 hingga wafatnya 6 November 1653
16. I Mallombassi Daeng Mattawang
Karaeng Bonto Mangape Sultan Hasanuddin Tuminanga ri Balla'pangkana Lahir
tanggal 12 Juni 1631, berkuasa mulai tahun 1653 sampai 1669, dan wafat pada 12
Juni 1670 17. I Mappasomba Daeng Nguraga Sultan Amir Hamzah Tuminanga ri Allu'
Lahir 31 Maret 1656, berkuasa mulai tahun 1669 hingga 1674, dan wafat 7 Mei
1681.
17. I Mallawakkang Daeng Mattinri
Karaeng Kanjilo Tuminanga ri Passiringanna
18. Sultan Mohammad Ali (Karaeng
Bisei) Tumenanga ri Jakattara Lahir 29 November 1654, berkuasa mulai 1674
sampai 1677, dan wafat 15 Agustus 1681
19. I Mappadulu Daeng Mattimung
Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil Tuminanga ri Lakiyung. (1677-1709)
20. La Pareppa Tosappe Wali
Sultan Ismail Tuminanga ri Somba Opu (1709-1711)
21. I Mappaurangi Sultan
Sirajuddin Tuminang ri Pasi
22. I Manrabbia Sultan Najamuddin
23. I Mappaurangi Sultan
Sirajuddin Tuminang ri Pasi. (Menjabat untuk kedua kalinya pada tahun 1735)
24. I Mallawagau Sultan Abdul
Chair (1735-1742)
25. I Mappibabasa Sultan Abdul
Kudus (1742-1753)
26. Amas Madina Batara Gowa
(diasingkan oleh Belanda ke Sri Lanka) (1747-1795)
27. I Mallisujawa Daeng Riboko
Arungmampu Tuminanga ri Tompobalang (1767-1769)
28. I Temmassongeng Karaeng
Katanka Sultan Zainuddin Tuminanga ri Mattanging (1770-1778)
29. I Manawari Karaeng
Bontolangkasa (1778-1810)
30. I Mappatunru / I Mangijarang
Karaeng Lembang Parang Tuminang ri Katangka (1816-1825)
31. La Oddanriu Karaeng Katangka
Tuminanga ri Suangga (1825-1826)
32. I Kumala Karaeng Lembang
Parang Sultan Abdul Kadir Moh Aidid Tuminanga ri Kakuasanna (1826 - wafat 30
Januari 1893)
33. I Malingkaan Daeng Nyonri
Karaeng Katangka Sultan Idris Tuminanga ri Kalabbiranna (1893- wafat 18 Mei
1895)
34. I Makkulau Daeng Serang
Karaeng Lembangparang Sultan Husain Tuminang ri Bundu'na Memerintah sejak
tanggal 18 Mei 1895, dimahkotai di Makassar pada tanggal 5 Desember 1895. Ia
melakukan perlawanan terhadap Hindia Belanda pada tanggal 19 Oktober 1905 dan
diberhentikan dengan paksa oleh Hindia Belanda pada 13 April 1906. Ia meninggal
akibat jatuh di Bundukma, dekat Enrekang pada tanggal 25 Desember 1906.
35. I Mangimangi Daeng Matutu
Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad Tahur Muhibuddin Tuminanga ri Sungguminasa
(1936-1946)
36. Andi Ijo Daeng Mattawang
Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin (1956-1960) merupakan Raja
Gowa terakhir, meninggal di Jongaya pada tahun 1978.
2.4
Kondisi sosial, ekonomi dan politik Kerajaan Gowa Tallo
a. Kondisi sosial budaya
Kerajaan Gowa Tallo
Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat
Makasar adalah nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan
taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk
menambah kemakmuran hidupnya. Walaupun masyarakat Makasar memiliki
kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam
kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral.
Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang
disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap
norma-norma tersebut.Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga
mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan
golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”,
sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah
yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan
benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal
sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal
dengan nama Pinisi dan Lombo.Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat
Makasar dan terkenal sampai mancanegara.
b. Kondisi ekonomi Kerajaan Gowa
Tallo
Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai
pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa
faktor :
• letak
yang strategis,
• memiliki
pelabuhan yang baik
• jatuhnya
Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang-pedagang
yang pindah ke Indonesia Timur.
Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan
internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti
Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di
Makasar.
Pelayaran
dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan
ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga dengan adanya hukum niaga
tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami
perkembangan yang pesat.
Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian
karena Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi
Selatan.
c. Kondisi politik Kerajaan Gowa
Tallo
Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh
Datuk Robandang/Dato’ Ri Bandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama
Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk
agama Islam. Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Sultan
Alaudin. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar berkembang sebagai
kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja Muhammad Said
(1639 – 1653).
Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya
pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa
pemerintahannya Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan
menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang
keperluan perdagangan Makasar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan
Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat. Daerah
kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat
dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada
dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang
dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara
Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya
kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara
Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan.
Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.
Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin
sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku.
Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin
tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari
Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan
melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah
kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar
mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar.
Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.
Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat
menguasai ibukota kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus
mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang
isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.
Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:
b.
VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
c.
Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
d.
Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan
pulau-pulau di luar Makasar.
e.
Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan
Makasar terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan
Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan
Belanda.Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda mengerahkan
pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya
kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.
2.5 Proses Kehancuran Kerajaan Gowa Tallo
Sepeninggal Hasanuddin, Makassar dipimpin oleh putranya bernama napasomba. Sama
seperti ayahnya, sultan ini menentang kehadiran belanda dengan tujuan menjamin
eksistensi Kesultanan Makasar. Namun, Mapasomba gigih pada tekadnya untuk
mengusir Belanda dari Makassar. Sikapnya yang keras dan tidak mau bekerja sama
menjadi alasan Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran. Pasukan
Mapasomba berhasil dihancurkan dan Mapasomba sendiri tidak diketahui nasibnya.
Belanda pun berkuasa sepenuhnya atas kesultanan Makassar.
2.6 Peninggalan – Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo
Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang)
adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada
di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini
dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng
Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar
tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin
konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan
Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti
seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat
jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut.
Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan. Nama
asli benteng in i adalah Benteng Ujung Pandang.
Masjid Katangka
Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak
berdirinya telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut
dilakukan oleh Sultan Mahmud (1818), Kadi Ibrahim (1921), Haji Mansur
Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948), dan Andi Baso, Pabbicarabutta Gowa (1962) sangat
sulit mengidentifikasi bagian paling awal (asli) bangunan mesjid tertua
Kerajaan Gowa ini.
Kompleks makam raja gowa tallo.
Makam raja-raja. Tallo adalah sebuah kompleks makam kuno
yang dipakai sejak abad XVII sampai dengan abad XIX Masehi. Letaknya di RK 4
Lingkungan Tallo, Kecamatan Tallo, Kota Madya Ujungpandang. Lokasi makam
terletak di pinggir barat muara sungai Tallo atau pada sudut timur laut dalam
wilayah benteng Tallo. Ber¬dasarkan basil penggalian (excavation) yang
dilakukan oleh Suaka Peninggalan sejarah dan Purbakala (1976¬-1982) ditemukan
gejala bah wa komplek makam ber¬struktur tumpang-tindih. Sejumlah makam
terletak di atas pondasi bangunan, dan kadang-kadang ditemukan fondasi di atas
bangunan makam.
Kompleks makam raja-raja Tallo ini sebagian ditempat¬kan
di dalam bangunan kubah, jirat semu dan sebagian tanpa bangunan pelindung:
Jirat semu dibuat dan balok¬balok ham pasir. Bangunan kubah yang berasal dari
kuran waktu yang lebih kemudian dibuat dari batu bata. Penempatan balok batu
pasir itu semula tanpa memper¬gunakan perekat. Perekat digunakan Proyek
Pemugaran. Bentuk bangunan jirat dan kubah pada kompleks ini kurang lebih
serupa dengan bangunan jirat dan kubah dari kompleks makam Tamalate, Aru
Pallaka, dan Katangka. Pada kompleks ini bentuk makam dominan berciri abad XII
Masehi.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah
satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan.
Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung
selatan dan pesisir barat Sulawesi. Pada awalnya di daerah Gowa terdapat
sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera),
yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang,
Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Sejak Gowa Tallo sebagai
pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang
sudah menerima Islam dari Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah mengajak raja
Gowa Tallo untuk masuk Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang
datang ke Kerajaan Gowa Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini.
Setahun kemudian hampir seluruh penduduk Gowa Tallo
memeluk Islam. Mubaligh yang berjasa menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir
Khotib Tunggal yang berasal dari Minangkabau. Makasar mencapai puncak
kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669).
Demikian Gowa telah mengalami pasang surut dalam
perkembangan sejak Raja Gowa pertama, Tumanurung (abad 13) hingga mencapai
puncak keemasannya pada abad XVIII kemudian sampai mengalami transisi setelah
bertahun-tahun berjuang menghadapi penjajahan. Dalam pada itu, sistem
pemerintahanpun mengalami transisi di masa Raja Gowa XXXVI Andi Idjo Karaeng
Lalolang, setelah menjadi bagian Republik Indonesia yang merdeka dan bersatu,
berubah bentuk dari kerajaan menjadi daerah tingkat II Otonom. Sehingga dengan
perubahan tersebut, Andi Idjo pun tercatat dalam sejarah sebagai Raja Gowa
terakhir dan sekaligus Bupati Gowa pertama.
3.2 Saran
Saran yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Bagi para pembaca dan
teman-teman lainnya, jika ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih
jauh maka kami mengharapkan dengan rendah hati agar membaca buku-buku ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Arif,
Muhammad. (2013). Silsilah Kepemimpinan Kerajaan Gowa, http://anragogy.blogspot.com/2013/01/silsilah-kepemimpinan-kerajaan-gowa.html, diakses 25 April 2014
Negeri 1001
Cerita, Gowa. (2013). Asal-usul Kerajaan Gowa dan Silsilah Kerajaan Gowa, http://gowa-negeri1001cerita.blogspot.com/2013/07/asal-usul-kerajaan-gowa-dan-silsilah.html, diakses 25 April 2014
Pacce, Siri’ na.
(2012). Silsilah Raja-Raja Tallo. http://jejakcelebes.blogspot.com/2012/06/silsilah-raja-raja-tallo.html, diakses 25 April 2014
Hapsari, Ratna,
M.Adil. 2012. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
No comments:
Post a Comment