Wednesday, December 5, 2018

MAKALAH SEJARAH KERAJAAN SRIWIJAYA


MAKALAH KERAJAAN SRIWIJAYA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang terletak di pulau Sumatra, tepatnya di Palembang. Menurut dugaan, kerajaan sriwijaya selalu berpindah-pindah. Awalnya berada di Minangatamwan (daerah sekitar Candi Muara Takus di Riau daratan). Kemudian dipindahkan ke Jambi, lalu ke Palembang. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya sebuah candi di Muara Takus. Dan di Palembang ditemukan arca Buddha Siguntang, karena pada abad ke 8 M, kerajaan Sriwijaya menjadi pusat ziarah dan belajar agama Budha.
Kerajaan ini berdiri sekitar awal abad ke 7 M. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Buddha terbesar di Asia Tenggara karena memiliki daeraah jajahan yang luas dan menguasai perdagangan laut. Daerah jajahannya meliputi: Laut Natuna, Semenanjung Malaya, Tanah genting Kra, Selat Malaka, Laut Jawa, Ligor, Kelantan, Pahang, Jambi, dan Selat Sunda.

1.2 Rumusan Masalah
1.    Kerajaan sriwijaya terletak dimana?
2.    Bagaimana kehidupan sosial Kerajaan Sriwijaya?
3.    Apa sebab-sebab runtuhnya Kerajaan Sriwijaya?

1.3 Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui:
1.    Letak kerajaan sriwijaya
2.    Kehidupan sosial Kerajaan Sriwijaya?
3.    Apa sebab-sebab runtuhnya Kerajaan Sriwijaya?




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kerajaan Sriwijaya
Masuknya agama Buddha di Indonesia terjadi sekitar awal abad pertama atau saat dimulainya perdagangan melalui jalur laut. Kerajaan Srivijaya (Sriwijaya) merupakan asal mula peranan kehidupan Agama Buddha di Indonesia, dimulai pada zaman Srivijaya di Suvarnadvipa (Sumatera) pada abad ke-7. Hal ini terlihat pada catatan seorang sarjana dari China bernama I-Tsing yang melakukan perjalanan ke India dan Nusantara serta mencatat perkembangan agama Buddha di sana. Biarawan Buddha lainnya yang mengunjungi Indonesia adalah Atisa, Dharmapala, seorang Profesor dari Nalanda, dan Vajrabodhi, seorang penganut agama Buddha yang berasal dari India Selatan.
Selain kerajaan Sriwijaya, masih banyak kerajaan-kerajaan lain yang bercorak Buddha di Indonesia, seperti kerajaan Tarumanegara, Mataram kuno, dan lain sebagainya. Semua kerajaan itu berperan dalam proses perkembangan agama Buddha di Indonesia, pengaruh India pada masa kerajaan-kerajaan itu sangat terasa.
Sriwijaya berasal dari dua suku kata yaitu Sri yang artinya bercahaya atau gemilang dan Wijaya yang berarti kemenangan. Jadi, Sriwijaya mempunyai arti kemenangan yang gemilang. Berikut ini beberapa fakta sejarah dari Kerajaan Sriwijaya yang sampai bisa membuatnya menguasai hampir seluruh Asia tenggara.
2.2 Kehidupan Sosial
Karena letaknya yang strategis, perkembangan perdagangan internasional di Sriwijaya sangat baik. Dengan banyaknya pedagang yang singgah di Sriwijaya memungkinkan masyarakatnya berkomunikasi dengan mereka, sehingga dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi masyarakat Sriwijaya.
Kemungkinan bahasa Melayu Kuno telah digunakan sebagai bahasa pengantar terutama dengan para pedagang dari Jawa Barat, Bangka, Jambi dan Semenanjung Malaysia.Perdagangan internasional ini juga membuat kecenderungan masyarakat menjadi terbuka akan berbagai pengaruh dan budaya asing, salah satunya India.
2.3 Kehidupan Politik
 Kehidupan politik kerajaan Sriwijaya dapat ditinjau dari raja-raja yang memerintah, wilayah kekuasaan, dan hubungannya dengan pihak luar negeri.
a. Raja yang memerintah (yang terkenal)
1)    DapuntaHyang SriJayanasa Beliau adalah pendiri kerajaan Sriwijaya. Pada masa pemerintahannya, dia berhasil memperluas wilayah kekuasaan sampai wilayah Jambi dengan menduduki daerah Minangatamwan yang terletak di dekat jalur perhubungan pelayaran perdagangan di Selat Malaka. Sejak awal dia telah mencita-citakan agar Sriwijaya menjadi kerajaan maritim.
2)    Balaputera Dewa Awalnya, Balaputradewa adalah raja di Kerajaan Syailendra. Ketika terjadi perang saudara antara Balaputra Dewa dan Pramodhawardani (kakaknya) yang dibantu oleh Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya), Balaputra Dewa mengalami kekalahan. Akibatnya dia lari ke Kerajaan Sriwijaya, dimana Raja Dharma Setru (kakak dari ibu Raja Balaputra Dewa) tengah berkuasa. Karena dia tak mempunyai keturunan, dia mengangkat Balaputradewa sebagi raja. Masa pemerintahan Balaputradewa diperkirakan dimulai pada tahun 850 M. Sriwijaya mengalami perkembangan pesat dengan meingkatkan kegiatan pelayaran dan perdagangan rakyat. Pada masa pemerintahannya pula, Sriwijaya mengadakan hubungan dengan Kerajaan Chola dan Benggala (Nalanda) dalam bidang pengembangan agama Buddha, bahkan menjadi pusat penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara.
3)    Sri SanggaramaWijayatunggawarman Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya dikhianati dan diserang oleh kerajaan Chola. Sang raja ditawan dan baru dilepaskan pada masa pemerintahan Raja Kulottungga I di Chola.
b. Wilayah kekuasaan
Setelah berhasil menguasai Palembang, ibukota Kerajaan Sriwijaya dipindahakan dari Muara Takus ke Palembang. Dari Palembang, Kerajaan Sriwijaya dengan mudah dapat menguasai daerah-daerah di sekitarnya seperti Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasional, Jambi Hulu yang terletak di tepi Sungai Batanghari dan mungkin juga Jawa Barat (Tarumanegara). Maka dalam abad ke-7 M, Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai kunci-kunci jalan perdagangan yang penting seperti Selat Sunda, Selat Bangka, Selat Malaka, dan Laut Jawa bagian barat. Pada abad ke-8 M, perluasan Kerajaan Sriwijaya ditujukan ke arah utara, yaitu menduduki Semenanjung Malaya dan Tanah Genting Kra. Pendudukan pada daerah Semenanjung Malaya memiliki tujuan untuk menguasai daerah penghasil lada dan timah. Sedangkan pendudukan pada daerah Tanah Genting Kra memiliki tujuan untuk menguasai lintas jalur perdagangan antara Cina dan India. Tanah Genting Kra sering dipergunakan oleh para pedagang untuk menyeberang dari perairan Lautan Hindia ke Laut Cina Selatan, untuk menghindari persinggahan di pusat Kerajaan Sriwijaya. Daerah lain yang menjadi kekuasaan Sriwijaya diantaranyaTulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung dan daerah Kedah yang terletak di pantai barat Semenanjung Melayu untuk mengembangkan usaha perdagagan dengan India. Selain itu, diketahui pula berdasar berita dari China, Sriwijaya menggusur kerajaan Kaling agar dapat mengusai pantai utara Jawa sebab adalah jalur perdagangan yang penting. Pada akhir abad ke-8 M, Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia Tenggara, baik yang melalui Selat Malaka, Selat Karimata, dan Tanah Genting Kra. Dengan kekuasaan wilayah itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan laut terbesar di seluruh Asia Tenggara.
c. Hubungan dengan luar negeri
Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di luar wilayah Indonesia, terutama dengan kerajaan-kerajaan yang berada di India, seperti Kerajaan Pala/Nalanda di Benggala. Raja Nalanda, Dewapala Dewa menghadiahi sebidang tanah untuk pembuatan asrama bagi pelajar dari nusantara yang ingin menjadi ‘dharma’ yang dibiayai oleh Balaputradewa.

2.4 Kehidupan Budaya
Menurut berita dari Tibet, seorang pendeta bernama Atica datang dan tinggal di Sriwijaya (1011-1023 M) dalam rangka belajar agama Budha dari seorang guru besar yang bernama Dharmapala. Menurutnya, Sriwijaya merupakan pusat agama Budha di luar India. Tetapi walaupun Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai pusat agama Budha, tidak banyak peninggalan purbakala seperti candi-candi atau arca-arca sebaga tanda kebesaran Kerajaan Sriwijaya dalam bidang kebudayaan.
2.5 Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar di Indonesia pada masa silam. Kerajaan Sriwijaya mampu mengembangkan diri sebagai negara maritim yang pernah menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional selama berabad-abad dengan menguasai Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa. Setiap pelayaran dan perdagangan dari Asia Barat ke Asia Timur atau sebaliknya harus melewati wilayah Kerajaan Sriwijaya yang meliputi seluruh Sumatra, sebagian Jawa, Semenanjung Malaysia, dan Muangthai Selatan.
Keadaan ini juga yang membawa penghasilan Kerajaan Sriwijaya terutama diperoleh dari komoditas ekspor dan bea cukai bagi kapal-kapal yang singgah di pelabuhan-pelabuhan milik Sriwijaya. Komoditas ekspor Sriwijaya antara lain kapur barus, cendana, gading gajah, buah-buahan, kapas, cula badak, dan wangi-wangian.

2.6 Sebab sebab keruntuhan kerajaan sriwijaya
Dengan kekuasaan yang begitu luas, ternyata Kerajaan Sriwijaya juga dapat mengalami keruntuhan. Berakhirnya kejayaan kerajaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.
  • Kerajaan Sriwijaya menerima serangan yang berhasil menghancurkan armada perangnya. Kejadian itu terjadi pada tahun 1017 dan 1025. Sriwijaya diseraung oleh Rajendra Chola I, seseorang dari dinasti Cholda di Koromande, India Selatan. Kedua serangan tersebut membuat perdagangan di wilayah Asia tenggara jatuh pada Raja Chola. Namun, walaupun telah habis-habisan tetapi Kerajaan Sriwijaya masih tetap berdiri.
  • Beberapa daerah taklukan Sriwijaya melepaskan diri karena kekuaan militernya melemah. Sampai muncul Dharmasraya dan Pagaruyung, yang kemudian menjadi kekuatan baru dan menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat.
  • Berkurangnya pedagang yang melakukan aktivitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya. Hal itu disebabkan karena daerah strategis yang dulu merupakan bagian dari Sriwijaya jatuh ke tangan raja-raja di sekitarnya.
  • Munculnya kerajaan-kerajaan yang kuat seperti Dharmasraya yang sampai menguasai Sriwijaya seutuhnya. Selain itu ada juga Kerajaan Singhasari yang tercatat pernah melakukan sebuah ekspedisi yang bernama ekspedisi Pamalayu. Hingga akhirnya Kerajaan Sriwijaya pun runtuh di tangan Kerajaan Majapahit pada abad ke-13.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerajaan sriwijaya terletak di muara takus, Kemudian dipindah ke Palembang. Kerajaan sriwijaya merupakan kerajaan terbesar di asia tenggara. Peluasan wilayah di lakukan dengan menguasai tulang bawang (LAMPUNG), pulau bangka ,jambi, tanah genting kera, dan jawa.
Keberadaan kerajaan sriwijaya diketahui 6 prasasti yang menggunakan bahasa melayu kuno dan huruf pallawa, serta menggunakan angka tahun suka,
Prasasti tersebut adalah prasasti kedukan bukit, tulang tuo, telaga batu,kota kapur dankarung berahi. Nama sriwijaya juga terdapat dalam berita tiongkok yang disebut  shih-lo-to-shih atau fo-shih. Sementara itu dalam berita arab sriwijaya disebut zabag,zabay atau sribuza.


  
DAFTAR PUSTAKA

Rihadatul,rifdah.(2016) Kerajaan sriwijaya(Online).Tersedia www.kerajaan sriwijaya
[8 agustus 2016]
Rihadatul,rifdah.{2016}.Kerajaan sriwijaya.Indramayu :

No comments:

Post a Comment