MAKALAH KERAJAAN SRIWIJAYA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang terletak
di pulau Sumatra, tepatnya di Palembang. Menurut dugaan, kerajaan sriwijaya
selalu berpindah-pindah. Awalnya berada di Minangatamwan (daerah sekitar Candi Muara
Takus di Riau daratan). Kemudian dipindahkan ke Jambi, lalu ke Palembang. Hal
ini diperkuat dengan ditemukannya sebuah candi di Muara Takus. Dan di Palembang
ditemukan arca Buddha Siguntang, karena pada abad ke 8 M, kerajaan Sriwijaya
menjadi pusat ziarah dan belajar agama Budha.
Kerajaan ini berdiri sekitar awal abad ke 7 M. Kerajaan
Sriwijaya merupakan kerajaan Buddha terbesar di Asia Tenggara karena memiliki
daeraah jajahan yang luas dan menguasai perdagangan laut. Daerah jajahannya
meliputi: Laut Natuna, Semenanjung Malaya, Tanah genting Kra, Selat Malaka,
Laut Jawa, Ligor, Kelantan, Pahang, Jambi, dan Selat Sunda.
1.2 Rumusan Masalah
1. Kerajaan
sriwijaya terletak dimana?
2. Bagaimana
kehidupan sosial Kerajaan Sriwijaya?
3. Apa
sebab-sebab runtuhnya Kerajaan Sriwijaya?
1.3 Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun
dengan tujuan untuk mengetahui:
1. Letak
kerajaan sriwijaya
2. Kehidupan
sosial Kerajaan Sriwijaya?
3. Apa
sebab-sebab runtuhnya Kerajaan Sriwijaya?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Kerajaan Sriwijaya
Masuknya agama
Buddha di Indonesia terjadi sekitar awal abad pertama atau saat dimulainya
perdagangan melalui jalur laut. Kerajaan Srivijaya (Sriwijaya) merupakan asal
mula peranan kehidupan Agama Buddha di Indonesia, dimulai pada zaman Srivijaya
di Suvarnadvipa (Sumatera) pada abad ke-7. Hal ini terlihat pada catatan
seorang sarjana dari China bernama I-Tsing yang melakukan perjalanan ke India
dan Nusantara serta mencatat perkembangan agama Buddha di sana. Biarawan Buddha
lainnya yang mengunjungi Indonesia adalah Atisa, Dharmapala, seorang Profesor
dari Nalanda, dan Vajrabodhi, seorang penganut agama Buddha yang berasal dari
India Selatan.
Selain kerajaan
Sriwijaya, masih banyak kerajaan-kerajaan lain yang bercorak Buddha di
Indonesia, seperti kerajaan Tarumanegara, Mataram kuno, dan lain sebagainya.
Semua kerajaan itu berperan dalam proses perkembangan agama Buddha di
Indonesia, pengaruh India pada masa kerajaan-kerajaan itu sangat terasa.
Sriwijaya berasal dari dua suku kata yaitu Sri yang artinya bercahaya
atau gemilang dan Wijaya
yang berarti kemenangan. Jadi, Sriwijaya mempunyai arti kemenangan yang
gemilang. Berikut ini beberapa fakta sejarah dari Kerajaan Sriwijaya yang
sampai bisa membuatnya menguasai hampir seluruh Asia tenggara.
2.2 Kehidupan Sosial
Karena letaknya yang strategis, perkembangan perdagangan internasional di
Sriwijaya sangat baik. Dengan banyaknya pedagang yang singgah di Sriwijaya
memungkinkan masyarakatnya berkomunikasi dengan mereka, sehingga dapat
mengembangkan kemampuan berkomunikasi masyarakat Sriwijaya.
Kemungkinan bahasa Melayu Kuno telah digunakan sebagai bahasa pengantar
terutama dengan para pedagang dari Jawa Barat, Bangka, Jambi dan Semenanjung
Malaysia.Perdagangan internasional ini juga membuat kecenderungan masyarakat
menjadi terbuka akan berbagai pengaruh dan budaya asing, salah satunya India.
2.3 Kehidupan Politik
Kehidupan politik kerajaan Sriwijaya
dapat ditinjau dari raja-raja yang memerintah, wilayah kekuasaan, dan
hubungannya dengan pihak luar negeri.
a. Raja yang
memerintah (yang terkenal)
1) DapuntaHyang
SriJayanasa Beliau adalah pendiri kerajaan Sriwijaya. Pada masa
pemerintahannya, dia berhasil memperluas wilayah kekuasaan sampai wilayah Jambi
dengan menduduki daerah Minangatamwan yang terletak di dekat jalur perhubungan
pelayaran perdagangan di Selat Malaka. Sejak awal dia telah mencita-citakan
agar Sriwijaya menjadi kerajaan maritim.
2) Balaputera
Dewa Awalnya, Balaputradewa adalah raja di Kerajaan Syailendra. Ketika terjadi
perang saudara antara Balaputra Dewa dan Pramodhawardani (kakaknya) yang
dibantu oleh Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya), Balaputra Dewa mengalami
kekalahan. Akibatnya dia lari ke Kerajaan Sriwijaya, dimana Raja Dharma Setru
(kakak dari ibu Raja Balaputra Dewa) tengah berkuasa. Karena dia tak mempunyai
keturunan, dia mengangkat Balaputradewa sebagi raja. Masa pemerintahan
Balaputradewa diperkirakan dimulai pada tahun 850 M. Sriwijaya mengalami
perkembangan pesat dengan meingkatkan kegiatan pelayaran dan perdagangan
rakyat. Pada masa pemerintahannya pula, Sriwijaya mengadakan hubungan dengan
Kerajaan Chola dan Benggala (Nalanda) dalam bidang pengembangan agama Buddha,
bahkan menjadi pusat penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara.
3)
Sri SanggaramaWijayatunggawarman Pada masa
pemerintahannya, Sriwijaya dikhianati dan diserang oleh kerajaan Chola. Sang
raja ditawan dan baru dilepaskan pada masa pemerintahan Raja Kulottungga I di
Chola.
b. Wilayah
kekuasaan
Setelah
berhasil menguasai Palembang, ibukota Kerajaan Sriwijaya dipindahakan dari Muara
Takus ke Palembang. Dari Palembang, Kerajaan Sriwijaya dengan mudah dapat
menguasai daerah-daerah di sekitarnya seperti Pulau Bangka yang terletak di
pertemuan jalan perdagangan internasional, Jambi Hulu yang terletak di tepi
Sungai Batanghari dan mungkin juga Jawa Barat (Tarumanegara). Maka dalam abad
ke-7 M, Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai kunci-kunci jalan
perdagangan yang penting seperti Selat Sunda, Selat Bangka, Selat Malaka, dan
Laut Jawa bagian barat. Pada abad ke-8 M, perluasan Kerajaan Sriwijaya
ditujukan ke arah utara, yaitu menduduki Semenanjung Malaya dan Tanah Genting
Kra. Pendudukan pada daerah Semenanjung Malaya memiliki tujuan untuk menguasai
daerah penghasil lada dan timah. Sedangkan pendudukan pada daerah Tanah Genting
Kra memiliki tujuan untuk menguasai lintas jalur perdagangan antara Cina dan
India. Tanah Genting Kra sering dipergunakan oleh para pedagang untuk
menyeberang dari perairan Lautan Hindia ke Laut Cina Selatan, untuk menghindari
persinggahan di pusat Kerajaan Sriwijaya. Daerah lain yang menjadi kekuasaan
Sriwijaya diantaranyaTulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung dan daerah
Kedah yang terletak di pantai barat Semenanjung Melayu untuk mengembangkan
usaha perdagagan dengan India. Selain itu, diketahui pula berdasar berita dari
China, Sriwijaya menggusur kerajaan Kaling agar dapat mengusai pantai utara
Jawa sebab adalah jalur perdagangan yang penting. Pada akhir abad ke-8 M,
Kerajaan Sriwijaya telah berhasil menguasai seluruh jalur perdagangan di Asia
Tenggara, baik yang melalui Selat Malaka, Selat Karimata, dan Tanah Genting
Kra. Dengan kekuasaan wilayah itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan laut
terbesar di seluruh Asia Tenggara.
c. Hubungan
dengan luar negeri
Kerajaan
Sriwijaya menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan di luar wilayah
Indonesia, terutama dengan kerajaan-kerajaan yang berada di India, seperti
Kerajaan Pala/Nalanda di Benggala. Raja Nalanda, Dewapala Dewa menghadiahi
sebidang tanah untuk pembuatan asrama bagi pelajar dari nusantara yang ingin
menjadi ‘dharma’ yang dibiayai oleh Balaputradewa.
2.4 Kehidupan Budaya
Menurut berita dari Tibet, seorang pendeta bernama Atica
datang dan tinggal di Sriwijaya (1011-1023 M) dalam rangka belajar agama Budha
dari seorang guru besar yang bernama Dharmapala. Menurutnya, Sriwijaya
merupakan pusat agama Budha di luar India. Tetapi walaupun Kerajaan Sriwijaya
dikenal sebagai pusat agama Budha, tidak banyak peninggalan purbakala seperti
candi-candi atau arca-arca sebaga tanda kebesaran Kerajaan Sriwijaya dalam
bidang kebudayaan.
2.5 Kehidupan Ekonomi
Kerajaan
Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar di Indonesia pada masa silam.
Kerajaan Sriwijaya mampu mengembangkan diri sebagai negara maritim yang pernah
menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional selama
berabad-abad dengan menguasai Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa. Setiap
pelayaran dan perdagangan dari Asia Barat ke Asia Timur atau sebaliknya harus
melewati wilayah Kerajaan Sriwijaya yang meliputi seluruh Sumatra, sebagian Jawa,
Semenanjung Malaysia, dan Muangthai Selatan.
Keadaan ini juga yang membawa penghasilan Kerajaan Sriwijaya terutama diperoleh dari komoditas ekspor dan bea cukai bagi kapal-kapal yang singgah di pelabuhan-pelabuhan milik Sriwijaya. Komoditas ekspor Sriwijaya antara lain kapur barus, cendana, gading gajah, buah-buahan, kapas, cula badak, dan wangi-wangian.
Keadaan ini juga yang membawa penghasilan Kerajaan Sriwijaya terutama diperoleh dari komoditas ekspor dan bea cukai bagi kapal-kapal yang singgah di pelabuhan-pelabuhan milik Sriwijaya. Komoditas ekspor Sriwijaya antara lain kapur barus, cendana, gading gajah, buah-buahan, kapas, cula badak, dan wangi-wangian.
2.6 Sebab sebab keruntuhan kerajaan sriwijaya
Dengan
kekuasaan yang begitu luas, ternyata Kerajaan Sriwijaya juga dapat mengalami
keruntuhan. Berakhirnya kejayaan kerajaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.
- Kerajaan Sriwijaya menerima serangan yang
berhasil menghancurkan armada perangnya. Kejadian itu terjadi pada tahun
1017 dan 1025. Sriwijaya diseraung oleh Rajendra Chola I, seseorang dari
dinasti Cholda di Koromande, India Selatan. Kedua serangan tersebut
membuat perdagangan di wilayah Asia tenggara jatuh pada Raja Chola. Namun,
walaupun telah habis-habisan tetapi Kerajaan Sriwijaya masih tetap
berdiri.
- Beberapa daerah taklukan Sriwijaya melepaskan
diri karena kekuaan militernya melemah. Sampai muncul Dharmasraya dan
Pagaruyung, yang kemudian menjadi kekuatan baru dan menguasai kembali
wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai
Jawa bagian barat.
- Berkurangnya pedagang yang melakukan aktivitas
perdagangan di Kerajaan Sriwijaya. Hal itu disebabkan karena daerah
strategis yang dulu merupakan bagian dari Sriwijaya jatuh ke tangan
raja-raja di sekitarnya.
- Munculnya kerajaan-kerajaan yang kuat seperti
Dharmasraya yang sampai menguasai Sriwijaya seutuhnya. Selain itu ada juga
Kerajaan Singhasari yang tercatat pernah melakukan sebuah ekspedisi yang
bernama ekspedisi Pamalayu. Hingga akhirnya Kerajaan Sriwijaya pun runtuh
di tangan Kerajaan Majapahit pada abad ke-13.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kerajaan sriwijaya terletak di muara
takus, Kemudian dipindah ke Palembang. Kerajaan sriwijaya merupakan kerajaan
terbesar di asia tenggara. Peluasan wilayah di lakukan dengan menguasai tulang
bawang (LAMPUNG), pulau bangka ,jambi, tanah genting kera, dan jawa.
Keberadaan kerajaan sriwijaya diketahui 6
prasasti yang menggunakan bahasa melayu kuno dan huruf pallawa, serta
menggunakan angka tahun suka,
Prasasti tersebut adalah prasasti kedukan
bukit, tulang tuo, telaga batu,kota kapur dankarung berahi. Nama sriwijaya juga
terdapat dalam berita tiongkok yang disebut
shih-lo-to-shih atau fo-shih. Sementara itu dalam berita arab sriwijaya
disebut zabag,zabay atau sribuza.
DAFTAR
PUSTAKA
[8
agustus 2016]
Rihadatul,rifdah.{2016}.Kerajaan
sriwijaya.Indramayu :
No comments:
Post a Comment