SISTEM KOLOID
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Segala
puji dan syukur yang tiada hentinya saya panjatkan kepada TUHAN yang telah
menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa
pertolongan, rahmat dan karunia-Nya, saya tidak akan sanggup menyelesaikan
makalah ini dengan baik
sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Makalah ini memuat
tentang “Sistem Koloid”. Walaupun karya tulis ini mungkin kurang sempurna tapi
juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir semester 2 untuk bidang
studi
kimia, dan lebih lanjut semoga makalah ini bermanfaat untuk menambah
pengetahuan seputar Sistem Koloid.
Dalam
penyusunan makalah ini, saya
sebagai penyusun telah berusaha semaksimal
mungkin sesuai kemampuan saya.
Namun sebagai manusia biasa, saya tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa.Tetapi walaupun
demikian saya
berusaha sebisa mungkin menyelesaikan makalah ini meskipun tersusun sangat
sederhana.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Seperti peribahasa “tiada
gading yang tak retak”, makalah ini juga tidak sempurna, memiliki kelebihan dan
kekurangan. Oleh sebab itu kami mohon untuk saran dan kritiknya yang membangun.
Atas
kesediaan waktunya untuk membaca makalah ini, kami ucapkan terima kasih. Ingatlah
pepatah “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina”, artinya teruslah berlatih
dan belajar. Jangan mudah menyerah.
Indramayu, Desember 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar
Belakang Pemilihan Judul................................................................. 1
B.
Maksud dan Tujuan.................................................................................... 1
C. Sasaran
yang Dituju.................................................................................... 1
D. Ruang
Lingkup Permasalahan.................................................................... 1
BAB II SISTEM
KOLOID................................................................................... 2
A. Pengertian
Sistem Koloid........................................................................... 2
B. Macam-macam
Koloid............................................................................... 3
C. Pengelompokan
Sistem Koloid.................................................................. 4
D. Sifat
dan Penerapan Sistem Koloid............................................................ 5
E. Kestabilan
Koloid....................................................................................... 10
F. Pembuatan
Koloid...................................................................................... 11
G. Peranan
Koloid Dalam Kehidupan Sehari-hari.......................................... 11
BAB III PENUTUP............................................................................................... 14
A. Kesimpulan................................................................................................. 14
B.
Saran........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Tahukah Anda mengapa pada siang hari ruangan yang tidak
terkena cahaya matahari secara langsung tampak terang? Mengapa biskuit di dalam
kaleng tetap kering walaupun telah lama disimpan? Zat apakah yang ditambahkan
ke dalam kaleng itu? Lain pula halnya pada minyak dan zaitun jika dicampurkan
menghasilkan campuran berupa susu. Campuran ini dapat menghamburkan cahaya,
sedangkan air dan minyak zaitun, masing-masing dapat tembus cahaya. Perubahan
apakah yang terjadi dalam sistem tersebut? Peristiwa-peristiwa di atas terjadi
karena adanya sistem koloid. Apakah sistem koloid itu?
Koloid adalah salah satu jenis campuran homogen yang
memiliki sifatsifat berbeda dengan larutan yang selama ini Anda ketahui.
Perbedaan sifat ini disebabkan oleh ukuran partikel zat terlarut yang lebih
besar dibandingkan dengan larutan. Koloid memiliki aplikasi luas mencakup
banyak material yang ada di alam maupun yang dikembangkan di industri, seperti
kosmetik, obat-obatan, pengolahan air minum, sampai material bangunan.
B.
Maksud
dan Tujuan
Maksud pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
akhir semester 2 di
bidang studi Kimia. Selain itu tujuan saya membuat makalah ini
adalah untuk menambah wawasan para pembaca mengenai sistem koloid yang sangat
berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari. Diharapkan makalah ini dapat
membantu para pembaca untuk lebih memahami penjelasan mengenai sistem koloid ini.
C.
Sasaran
yang Dituju
Makalah ini dibuat untuk kalangan murid sekolah juga para
pembaca yang membutuhkan agar lebih mengerti penjelasan mengenai sistem koloid.
Diharapkan setelah membaca makalah ini, para pembaca dapat membedakan secara
jelas mengenai larutan, koloid maupun suspensi.
D. Ruang Lingkup
Permasalahan
Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam
yang mencakup berbagai bidang. Hal itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh
makhluk hidup, yaitu makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum
digunakan oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses sehingga berbentuk koloid.
Juga protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup merupakan suatu koloid sehingga
proses – proses dalam sel melibatkan sistem koloid.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian sistem koloid
Istilah koloid pertama kali diutarakan oleh seorang ilmuwan
Inggris, Thomas Graham, sewaktu mempelajari sifat difusi beberapa larutan
melalui membran kertas perkamen. Graham menemukan bahwa larutan natrium klorida
mudah berdifusi sedangkan kanji, gelatin, dan putih telur sangat lambat atau
sama sekali tidak berdifusi. Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut disebut
koloid.
Tahun 1907, Ostwald mengemukakan istilah
sistem
terdispersi bagi zat yang terdispersi dalam medium pendispersi. Analogi dalam larutan,
fase terdispersi adalah zat terlarut, sedangkan medium pendispersi adalah zat
pelarut. Sistem koloid adalah suatu campuran heterogen antara dua zat atau
lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi)
tersebar merata dalam zat lain (medium pendispersi).
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara
dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase
terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium
pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran
yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu
partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari
serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat
banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau
larutan koloid atau suatu koloid adalah suatu campuran berfase dua yaitu fase terdispersi
dan fase
pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10^-7 sampai
dengan 10^-4
cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel
tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang
sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran,
yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang
terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu
contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah hemoglobin.
Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x
10^-7. Campuran homogen
adalah campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut,
contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan
campuran heterogen sendiri adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada
setiap bagian campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen.
Perbedaan antara larutan, koloid dan suspensi
1. Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih zat. Hal ini disebut campuran homogen, karena komposisi adalah seragam diseluruh larutannya. Komponen larutan terutama dari dua jenis, zat terlarut dan pelarut. Pelarut melarutkan zat terlarut dan membentuk larutan yang seragam. Contoh: larutan NaCl, minuman ringan berkarbonat yang mengandung CO yang kuat.
2.
Suspensi adalah suatu campuran dimana paling sedikit satu komponen yang secara relatif mempunyai partikel besar yang akan saling tersebar dengan komponen lainnya. Contoh: pasir yang halus yang tersuspensi dalam air, salju yang ditiup ke udara, endapan yang terbentuk pada campuran reaksi.
3. Koloid merupakan campuran dari dua zat atau lebih dimana partikel terdispersinya berukuran 1nm sampai 1000nm.
Contoh: semprotan aerosol (cairan tersuspensi dalam gas), susu (tetesan kecil minyak dan padatan dalam air), dan mayones (tetesan kecil air dalam minyak).
Secara garis besar, perbandingan antara
larutan,dan suspense dapat dilihat pada table dibawah ini.
B. Macam-macam Koloid
Di
dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
–
Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
–
Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Berdasarkan
fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1.
Sol (fase terdispersi padat)
a.
Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat
Contoh:
paduan logam, gelas warna, intan hitam
b.
Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh:
cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c.
Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh:
debu di udara, asap pembakaran
2.
Emulsi (fase terdispersi cair)
a.
Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh:
Jelly, keju, mentega, nasi
b.
Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh:
susu, mayones, krim tangan
c.
Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh:
hairspray dan obat nyamuk
3.
Buih (fase terdispersi gas)
a.
Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat
Contoh:
Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
b.
Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh:
putih telur yang dikocok, busa sabun
Untuk
pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-
sama
berupa gas, campurannya tergolong larutan.
C. Pengelompokan Sistem Koloid
Dalam sitem koloid terdapat tiga fase zat, yaitu padat,cair,dan gas. Dari ketiga fase ini terbagi ke dalam delapan sistem koloid. Adapun kedelapan sistem koloid tersebut adalah:
1. Sistem Koloid Fase Padat-Cair (Sol)
Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat cair. Contoh sol/gel yaitu agar-agar,pectin(selai),gelatin(jelly),cairan kanji,air sungai,tinta,cat,gel kalsium asetat dalam alkohol,sol emas,sol Fe(OH)3,sol Al(OH)3,dan sol belerang.
2. Sistem Koloid Fase Padat-Padat (Sol Padat)
Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh sol padat yaitu kaca berwarna dan logam campuran (aloi) seperti stainless steel (campuran antara besi,nikel,dan kromium).
3. Sistem Koloid Fase Padat-Gas (Aerosol Padat)
Dengan fase terdispersi berupa zat padat dan medium pendispersi berupa zat gas. Contoh aerosol padat yaitu asap.
4. Sistem Koloid Fase Cair-Gas (Aerosol)
Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat gas. Contoh aerosol yaitu kabut,awan,parfum,hair spray,cat semprot dan lain-lain.
5.
Sistem Koloid Fase Cair-Cair (Emulsi)
Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat cair. Contoh aerosol yaitu kabut,awan,parfum,hairspray,cat semprot dan lain-lain.
6. Sistem Koloid Fase Cair-Padat (Emulsi Padat)
Dengan fase terdispersi berupa zat cair dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh emulsi padat yaitu keju,mentega,dan mutiara.
7. Sistem Koloid Fase Gas-Cair (Busa)
Dengan fase terdispersi berupa zat gas dan medium pendispersi berupa zat cair. Contoh busa yaitu buih.
8. Sistem Koloid Fase Gas-Padat (Busa Padat)
Dengan fase terdispersi berupa zat gas dan medium pendispersi berupa zat padat. Contoh busa padat yaitu karet busa dan batu apung.
D. Sifat–Sifat dan Penerapan Sistem Koloid:
a.
Efek Tyndall
Jika seberkas cahaya dilewatkan pada suatu sistem koloid, maka cahaya tersebut akan dihamburkannya sehingga berkas cahaya tersebut akan kelihatan. Sedangkan jika cahaya dilewatkan pada larutan sejati maka cahaya tersebut akan diteruskannya. Sifat koloid yang seperti inilah yang dikenal dengan efek tyndall dan sifat ini dapat digunakan untuk membedakan koloid dengan larutan sejati. Gejala ini pertama kali ditemukan oleh Michael Faraday kemudian diselidiki lebih lanjut oleh John Tyndall (1820–1893), seorang ahli Fisika bangsa Inggris.
Efek Tyndall juga dapat menjelaskan mengapa langit pada siang hari berwarna biru sedangkan pada saat matahari terbenam,langit di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal itu disebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel koloid di angkasa dan tidak semua frekuensi dari sinar matahari dihamburkan dengan intensitas sama.
Jika intensitas cahaya yang dihamburkan berbanding lurus dengan frekuensi,
maka pada waktu siang hari ketika matahari melintas diatas kita frekuensi paling tinggi (warna biru) yang banyak dihamburkan,sehingga kita melihat langit berwarna biru. Sedangkan ketika matahari terbenam, hamburan frekuensi rendah (warna merah) lebih banyak dihamburkan,sehingga kita melihat langit berwarna jingga atau merah.
Gejala efek tyndall yang dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut: –Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut
–Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan berdebu
–Berkas sinar matahari melalui celah pohon-pohon pada pagi yang berkabut
b.
Gerak Brown
Gerak brown merupakan gerak patah-patah (zig-zag) partikel koloid yang terus menerus dan hanya dapat diamati dengan Mikroskop ultra. Gerak brown terjadi sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid. Dalam suspensi tidak terjadi gerak Brown karena ukuran partikel cukup besar,sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami gerak Brown, tetapi tidak dapat diamati. Semakin tinggi suhu, maka gerak brown yang terjadi juga semakin cepat, karena energi molekul medium meningkat sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat.
Gerak Brown merupakan faktor penyebab stabilnya partikel koloid dalam medium dispersinya. Gerak brown yang terus menerus dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga partikel koloid tidak mengalami sedimentasi (pengendapan).
c.
Elektroforesis
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik karena partikel koloid bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut elektroforesis. Jika dua batang elektrode dimasukkan ke dalam system koloid dan kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektrode tergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedangkan koloid bermuatan positif akan bergerak ke katode (elektrode negatif).
Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid. Jika partikel koloid berkumpul di electrode positif berarti koloid bermuatan negatif, jika partikel koloid berkumpul di elektrode negatif bearti koloid bermuatan positif. Peristiwa elektroforesis ini sering dimanfaatkan kepolisian dalam identifikasi atau tes DNA pada jenazah korban pembunuhan atau
jenazah tak dikenal.
d.
Adsorpsi
Adsorpsi adalah peristiwa dimana suatu zat menempel pada permukaan zat lain, seperti ion Hidronium dan ion OH dari medium pendispersi. Untuk berlangsungnya adsorpsi, minimum harus ada dua macam zat, yaitu zat yang tertarik disebut adsorbat,dan zat yang menarik disebut adsorban. Apabila terjadi penyerapan ion ada permukaan partikel koloid maka partikel koloid dapat bermuatan listrik yang muatannya ditentukan oleh muatan ion-ion yang mengelilinginya.
Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya. Oleh karena itu partikel koloid bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut dengan adsorpsi. Contohnya sol Fe(OH) dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga bermuatan positif dan sol AsS mengadsorpsi ion negative sehingga bermuatan negatif.
Pemanfaatan sifat adsorpsi koloid dalam kehidupan antara lain dalam proses pemutihan gula tebu, dalam pembuatan norit (tablet yang terbuat dari karbonaktif) dan dalam proses penjernihan air dengan penambahan tawas.
e.
Koagulasi
Koagulasi adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan koloid. Koloid distabilkan oleh muatannya. Jika muatan koloid dilucuti atau dihilangkan, maka kestabilannya akan berkurang sehingga dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika elektrolit ditambahakan ke dalam sistem koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama ke dalam sel elektroforesis, maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai electrode. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi karena koloid bermuatan positif menarik ion negatif dan koloid bermuatan negatif menarik ion positif. Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Jika selubung itu terlalu dekat, maka selubung itu akan menetralkan koloid sehingga terjadi koagulasi.
Beberapa contoh peristiwa koagulasi dalam kehidupan sehari-hari adalah:
1) Pembentukan delta di muara sungai karena
koloid tanah liat dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan
elektrolit dalam air laut.
2) Karet dalam lateks digumpalkan dengan
menambahkan asam formiat
3) Lumpur koloidal dalam air sungai dapat
digumpalkan dengan menambahkan tawas
4) Asap atau debu pabrik dapat digumpalkan
dengan alat koagulasi listrik dari cottrel.
f.
Koloid Pelindung
Ada koloid yang bersifat melindungi koloid lain supaya tidak mengalami koagulasi. Koloid semacam ini disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang lain sehingga melindungi muatan koloid tersebut. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
Contoh pemanfaatan koloid pelindung adalah sebagai berikut:
1.
Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan Kristal besar atau gula
2.
Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung.
3.
Zat-zat pengemulsi seperti sabun dan detergen juga tergolong koloid pelindung.
g.
Dialisis
Untuk stabilitas koloid diperlukan sejumlah muatan ion suatu elektrolit. Akan tetapi, jika penambahan elektrolit ke dalam system koloid terlalu banyak, kelebihan ini dapat mengendapkan fase terdispersi dari koloid itu. Hal ini akan mengganggu stabilitas system koloid tersebut. Untuk mencegah kelebihan elektrolit, penambahan elektrolit dilakukan dengan cara dialisis.
Dialisis merupakan proses pemurnian koloid dengan membersihkan atau menghilangkan ion-ion pengganggu menggunakan suatu kantong yang terbuat dari selaput semi permiabel. Caranya, sistem koloid dimasukkan ke dalam kantong semi permeabel, dan diletakkan dalam air. Selaput semi permeabel ini hanya dapat dilalui oleh ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak dapat melaluinya, dengan demikian akan diperoleh koloid yang murni. Ion-ion yang keluar melalui selaput semi permeabel ini kemudian larut dalam air. Dalam proses dialisis hilangnya ion-ion dari sistem koloid dapat di percepat dengan menggunakan air yang mengalir. Peristiwa dialisis ini di aplikasikan dalam proses pencucian darah di dunia kedokteran.
h.
Koloid Liofil dan Liofob
Koloid yang memiliki medium disperse cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (Yunani:lio=cairan,philia=suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob berarti tidak suka cairan (Yunani:lio=cairan,phobia=takut atau benci). Jika medium disperse yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid diatas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob. Contoh:
·
Koloid hidrofil: sabun,detergen,agar-agar,kanji,dan gelatin.
·
Koloid hidrofob: sol belerang,sol Fe(OH),sol-sol sulfida,dan sol-sol logam.
Koloid liofil atau hidrofil lebih mantap dan lebih kental dari pada koloid liofob atau hidrofob. Butir-butir koloid liofil atau hidrofil membungkus diri dengan cairan atau air mediumnya. Hal ini disebut solvatasi atau hidratasi. Dengan cara itu butir-butir koloid tersebut terhindar dari agregasi (pengelompokan). Hal demikian tidak terjadi pada koloid liofob atau hidrofob. Koloid liofob atau hidrofob mendapat kestabilan karena mengadsorpsi ion atau muatan listrik.
Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan. Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air, maka dapat membentuk kembali sol hidrofil. Dengan kata lain, sol hidrofil bersifat reversibel. Sebaliknya, sol hidrofob dapat mengalami koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi telah dipisahkan, tidak akan membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air.
E.
Kestabilan
Koloid
Terdapat
beberapa gaya pada sistem koloid yang menentukan kestabilan koloid, yaitu
sebagai berikut :
Gaya
pertama ialah gaya tarik – menarik yang dikenaln dengan gaya London – Van der
Waals. Gaya ini menyebabkan partikel – partikel koloid berkumpul membentuk
agregat dan akhirnya mengendap.
Gaya
kedua ialah gaya tolak menolak. Gaya ini terjadi karena pertumpangtindihan
lapisan ganda listrik yang bermuatan sama. Gaya tolak – menolak tersebut akan
membuat dispersi koloid menjadi stabil.
Gaya
ketiga ialah gaya tarik – menarik antara partikel koloid dengan medium
pendispersinya. Terkadang, gaya ini dapat menyebabkan terjadinya agregasi
partikel koloid dan gaya ini juga dapat meningkatkan kestabilan sistem koloid
secara keseluruhan.
Salah
satu faktor yang mempengaruhi stabilitas koloid ialah muatan permukaan koloid.
Besarnya muatan pada permukaan partikel dipengaruhi oleh konsentrasi elektrolit
dalam medium pendispersi. Penambahan kation pada permukaan partikel koloid yang
bermuatan negatif akan menetralkan muatan tersebut dan menyebabkan koloid
menjadi tidak stabil.
Banyak
koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat. Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat
membentuk lapisan di sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid
pelindung. Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
Untuk
koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat
tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi. Contoh: sabun deterjen
sebagai emulgator
F.
Pembuatan
Koloid
1.
Cara Kondensasi
Pembuatan
koloid sol dengan metode ini pada umumnya dilakukan dengan cara kimia
(dekomposisi rangkap, hidrolisis, dan redoks) atau dengan penggatian pelarut.
Cara kimia tersebut bekerja dengan menggabungkan partikel-partikel larutan
(atom, ion, atau molekul) menjadi pertikel-partikel berukuran koloid.
2. Cara
Dispersi
Metode ini melibatkan pemecahan
partikel-partikel kasar menjadi berukuran koloid yang kemudian akan
didispersikan dalam medium pendispersinya.
G.
Peranan koloid Dalam Kehidupan
Sehari-hari
Hal
ini dikarenakan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu sangat
bermanfaat untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara
homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar.
a. Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel. Prinsip kerja alat ini memanfaatkan sifat muatan dan penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah bebas dari asap dan partikel berbahaya.
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 - 75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada electrode yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).
b. Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet merupakan sol, yaitu disperse koloid fase padat dalam cairan. Karet alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar (polimer). Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol getah karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan agar karet menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya. Untuk mengkoagulasikan getah karet, biasanya digunakan asam formiat,asam formiat (HCOOH),dan
asam asetat (cuka) (CH3COOH). Larutan asam pekat itu akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet. Sedangkan ion-ion Hidroniumnya akan menetralkan muatan partikel karet sehingga karet akan menggumpal.
Selanjutnya, gumpalan karet digiling dan dicuci lalu di proses lebih lanjut sebagai lembaran yang disebut sheet atau diolah menjadi karet remah (crumb rubber). Untuk keperluan lain, misalnya pembuatan balon dan karet busa, getah karet tidak digumpalkan melainkan dibiarkan dalam wujud cair yang disebut lateks. Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan larutan ammonia (NH3). Larutan ammonia yang bersifat basa melindungi partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat asam sehingga sol tidak menggumpal.
c.
Membantu pasien gagal ginjal
Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar bagi pengembangan dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput semi permiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya tersisa koloid saja. Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan prinsip dialysis koloid, senyawa beracun seperti urea dan keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien.
d. Penjernihan
Upaya penjernihan air dapat dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada dasarnya penjernihan air itu dilakukan secara bertahap. Mula-mula mengendapkan atau menyaring bahan-bahan yang tidak larut dengan saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia, misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang dihasilkan dari penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus dimasak terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.
e.
Sebagai deodoran
Deodoran mengandung aluminium klorida yang dapat mengkoagulasi atau mengendapkan protein dalam keringat. Endapan protein ini dapat menghalangi kerja kelenjar keringat sehingga keringat dan protein yang dihasilkan berkurang.
f.
Sebagai bahan makanan dan obat
Ada zat-zat yang tidak larut dalam air sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid sehingga mudah diminum. Contohnya obat dalam bentuk kapsul.
g.
Sebagai bahan kosmetik
Ada berbagai bahan kosmetik-kosmetik berupa padatan, tetapi lebih baik digunakan dalam bentuk cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa koloid dengan tertentu.
h.
Sebagai bahan pencuci
Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun dan detergen. Dalam pencucian dengan sabun atau detergen, sabun atau detergen berfungsi sebagai emulgator. Sabun atau detergen akan mengemulsikan minyak dalam air sehingga kotoran-kotoran berupa lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan air.
i.
Penggumpalan darah
Darah
mengandung sejumlah kolid protein yang bermuatan negative. Jika terdapat luka kecil, maka luka
tersebut dapat diobati
dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al+3 dan Fe+3, dimana
ion-ion tersebut akan membantu menetralkan muatan-muatan partikel koloid
protein danmembnatu penggumpalan darah.
j.
Pembentukan delta di
muara sungai
Air
sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan
negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang
bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari
air laut akan menetralkan
muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan membentuk
suatu delta.
k. Pengambilan
endapan pengotor
Gas
atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung
zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini,
digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan
digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.
l.
Pemutihan gula
Dengan
melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid
tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorbsi
zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari – hari untuk
proses apapun. Koloid juga saling berhubungan antara larutan dan suspensi.
Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui
sistem koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut
efek Tyndall. Koloid dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sol, emulsi, dan buih.
Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lain pada
permukaannya, dan oleh karena luas permukaannya yang relatif besar, maka koloid
mempunyai daya adsorpsi yang besar. Penggumpalan partikel koloid disebut
koagulasi.
Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal, misalnya pada
penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan
menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang.
Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas
koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat
dengan mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak
ada atau sangat lemah.
Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada
cara dispersi, bahan kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya.
Pada cara kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana
atom atau molekul mengalami agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel
koloid. Sabun dan detergen bekerja sebagai bahan aktif permukaan yang fungsinya
mengelmusikan lemak ke dalam air.
B.
Saran
Menurut saya,
pembelajaran seperti ini sebaiknya sering dilakukan karena dengan melalui
pembelajaran pembuatan makalah seperti ini dapat meningkatkan kreativitas siswa
dan juga siswa tersebut dapat menemukan sendiri hal-hal yang belum ia ketahui.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
https://eldesfiari.wordpress.com/kimia-kelas-xi/semester-ii-2/5-sistem-koloid/
https://esdikimia.wordpress.com/2011/06/17/koloid/
http://www.materibelajar.id/2016/03/sistem-koloid-larutan-koloid-dan.html?m=1
https://rahmiola.wordpress.com/kimia-kelas-xi/sistem-koloid/
https://blog.ruangguru.com/mengenal-sistem-koloid
No comments:
Post a Comment