Wednesday, December 5, 2018

MAKALAH SEJARAH KERAJAAN MAJAPAHIT


MAKALAH KERAJAAN MAJAPAHIT

KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah Hirobbil Alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu dan dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah tentang  Sejarah Kerajaan Majapahit.
Penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Semoga budi baik mereka di terima Allah SWT sebagai amal ibadah dan akan diberi balasan berupa pahala yang berlipat ganda. Dan penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca guna penyempurnaan makalah ini.
Penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan khususnya untuk teman-teman di sekolah dan masyarakat pada umumnya.


Haurgeulis,    Desember 2018

Penyusun


  


DAFTAR ISI

                                                                                                                             Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A.          Latar Belakang...................................................................................... 1
B.           Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.           Tujuan.................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
A.          Kehidupan Politik dan Pemerintahan.................................................... 3
B.           Kehidupan Sosial dan Kemasyarakatan................................................ 5
C.           Ekonomi dan Mata Pencaharian............................................................ 7
D.          Kehidupan Religi dan Sosial Budaya................................................... 7
E.           Runtuhnya Kerajaan Majapahit............................................................. 8

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 10
A.          Kesimpulan............................................................................................ 10
B.           Saran...................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 11




BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang.
Kerajaan bercorak Hindu yang terakhir dan terbesar di pulau Jawa adalah Majapahit. Menurut cerita, nama kerajaan ini berasal dari buah maja yang rasanya pahit. Ketika orang-orang Madura bersama Raden Wijaya membuka hutan di Desa Tarik, mereka menemukan sebuah pohon maja yang berbuah pahit. Padahal, rasa buah itu biasanya manis. Oleh karena itu, mereka menamakan pemukiman yang baru mereka bangun itu sebagai Majapahit.
Kerajaan Majapahit disebut sebagai kerajaan nasional Indonesia yang kedua. Hal tersebut disebabkan oleh upaya yang besar dari kerajaan ini untuk mewujudkan suatu cita-cita yaitu penyatuan Nusantara. Dalam perjalanan Sejarah, upaya integrasi wilayah kepulauan Nusantara memang tidak sepenuhnya berlangsung dengan mulus dan dilakukakan dengan cara Ksatria. Peristiwa bubat yang disusul dengan perpecahan internal di dalam tubuh Majapahit sendiri menyebabkan cita-cita penyatuan tidak sepenuhnya dapat dilakukan. Meskipun demikian pada awalnya, Majapahit merupakan kerajaan yang mempunyai wibawa dan kekuatan yang besar, sehingga kerajaan lain harus berpikir ratusan kali untuk membelot atau memberontak terhadap kekuasaan yang ada.
Ketika Singasari jatuh ke tangan Jayakatwang, Raden Wijaya (menantu Kertanegara) lari ke Madura. Atas bantuan Arya Wiraraja, ia diterima kembali dengan baik oleh Jayakatwang dan diberi sebidang tanah di Tarik (Mojokerto). Ketika tentara Kublai Khan menyerbu Singasari, Raden Wijaya berpura-pura membantu menyerang Jayakatwang. Namun, setelah Jayakatwang dibunuh, Raden Wijaya berbalik menyerang tentara Mongol dan berhasil mengusirnya. Setelah itu, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit (1293) dan menobatkan dirinya dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana.



B.     Rumusan Masalah.
1.        Bagaimana keadaan kehidupan politik pemerintahan pada masa Kerajaan  Majapahit?
2.        Bagaimana keadaan kehidupan sosial dan kemasyarakatan pada masa Kerajaan Majapahit?
3.        Bagaimana keadaan ekonomi dan mata pencaharian pada masa Kerajaan Majapahit?
4.        Bagaimana kehidupan religi dan sosial budaya pada masa Kerajaan Majapahit?
5.        Apakah yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Majapahit?

C.     Tujuan.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah selain sebagai bahan untuk memperoleh nilai, juga sebagai bahan untuk memberi tambahan pengetahuan kepada pembaca mengenai kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan religi pada masa Kerajaan Majapahit.


  
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Kehidupan Politik dan Pemerintahan.
1)     Raden Wijaya.
Berdirinya Kerajaan Majapahit sangat berhubungan dengan runtuhnya Kerajaan Singasari. Kerajaan Singasari runtuh setelah salah satu raja vasalnya yaitu Jayakatwang mengadakan pemberontakan. Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya yang merupakan menantu dari Raja Singasari terakhir yaitu Kertanegara. Raden Wijaya beserta istri dan pengikutnya dapat meloloskan diri ketika Singasari diserang Jayakatwang. Raden Wijaya meloloskan diri dan pergi ke Madura untuk menemui dan meminta perlindungan Bupati Sumenep dari Madura yaitu Aryawiraraja. Berkat Aryawiraraja juga, Raden Wijaya mendapat pengampunan dari Jayakatwang, bahkan Raden Wijaya sendiri diberi tanah di hutan Tarik dekat Mojokerto yang kemudian daerah itu dijadikan sebagai tempat berdirinya kerajaan Majapahit.
Raden Wijaya kemudian menyusun kekuatan di Majapahit dan mencari saat yang tepat untuk menyerang balik Jayakatwang. Untuk itu, dia mencoba mencari dukungan kekuatan dari raja-raja yang masih setia pada Singasari atau raja yang kurang senang pada Jayakatwang. Kesempatan untuk menghancurkan Jayakatwang akhirnya muncul setelah tentara Mongol mendarat di Jawa untuk menyerang Kertanegara. Keadaan seperti ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya dengan cara memperalat mereka untuk menyerang Jayakatwang. Raden Wijaya bersama-sama dengan pasukan Kubhilai Khan berhasil mengalahkan pasukan Jayakatwang. Begitu pula Jayakatwang berhasil ditangkap dan lalu dibunuh oleh pasukan Kubhilai Khan.
Setelah Jayakatwang terbunuh, lalu Raden Wijaya melakukan serangan balik terhadap pasukan Kubhilai Khan. Raden Wijaya berhasil memukul mundur pasukan Kubhilai Khan, sehingga mereka terpaksa menyelamatkan diri keluar Jawa. Setelah berhasil mengusir pasukan Kubhilai Khan, Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja Majapahit pada tahun 1293 M dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana.

2)     Jayanegera.
Pada masa pemerintahannya, Jayanegara dirongrong oleh serentetan pemberontakan. Pemberontakan-pemberontakan ini datang dari Ranggalawe (1309), Lembu Sora (1311), Juru Demung dan Gajah Biru (1314),  Nambi (1316), dan Kuti (1320).
Pemberontakan Kuti merupakan pemberontakan yang paling berbahaya karena Kuti berhasil menduduki ibu kota Majapahit, sehingga raja Jayanegara terpaksa melarikan diri ke daerah Badandea. Jayanegara diselamatkan oleh pasukan Bhayangkari di bawah pimpinan Gajah Mada. Berkat ketangkasan dan siasat jitu dari Gajah Mada, pemberontakan Kuti berhasil ditumpas. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih di Kahuripan pada tahun 1321 M dan Patih di Daha (Kediri).

3)     Tribhuanatunggadewi
Pada masa pemerintahannya, terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Pemberontakan ini dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Sebagai penghargaan atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi mahapatih di Majapahit oleh Tribhuanatunggadewi.
Di hadapan raja dan para pembesar Majapahit, Gajah Mada mengucapkan sumpah yang terkenal dengan nama Sumpah Palapa. Isi sumpahnya, ia tidak akan Amukti Palapa sebelum ia dapat menundukkan Nusantara, yaitu Gurun, Seran, Panjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik.

4)     Hayam Wuruk
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Wilayah kekuasaan Majapahit meliputi seluruh Nusantara. Pada saat itulah cita-cita Gajah Mada dengan Sumpah Palapa berhasil diwujudkan.
Usaha Gajah Mada dalam melaksanakan politiknya, berakhir pada tahun 1357 dengan terjadinya peristiwa di Bubat, yaitu perang antara Pajajaran dengan Majapahit. Pada waktu itu, Hayam Wuruk bermaksud untuk menikahi putri Dyah Pitaloka. Sebelum putri Dyah Pitaloka dan ayahnya beserta para pembesar Kerajaan Pajajaran sampai di Majapahit, mereka beristirahat di lapangan Bubat. Di sana terjadi perselisihan antara Gajah Mada yang menghendaki agar putri itu dipersembahkan oleh raja Pajajaran kepada raja Majapahit. Para pembesar Kerajaan Pajajaran tidak setuju, akhirnya terjadilah peperangan di Bubat yang menyebabkan semua rombongan Kerajaan Pajajaran gugur.
Pada tahun 1364 M, Gajah Mada meninggal dunia. Hal itu merupakan kehilangan yang sangat besar bagi Majapahit. Kemudian pada tahun 1389 Raja Hayam Wuruk meninggal dunia. Hal ini menjadi salah satu penyebab surutnya kebesaran Kerajaan Majapahit di samping terjadinya pertentangan yang berkembang menjadi perang saudara.

B.     Kehidupan Sosial dan Kemasyarakatan.
Pola tata masyarakat Majapahit dibedakan atas lapisan-lapisan masyarakat yang perbedaannya lebih bersifat statis. Walaupun di Majapahit terdapat empat kasta seperti di India, yang lebih dikenal dengan catur warna, tetapi hanya bersifat teoritis dalam literatur istana.
 Pola ini dibedakan atas empat golongan masyarakat, yaitu brahmana, ksatria, waisya, dan sudra. Namun terdapat pula golongan yang berada di luar lapisan ini, yaitu Candala, Mleccha, dan Tuccha, yang merupakan golongan terbawah dari lapisan masyarakat Majapahit.
Brahmana (kaum pendeta) mempunyai kewajiban menjalankan enam dharma, yaitu: mengajar; belajar; melakukan persajian untuk diri sendiri dan orang lain; membagi dan menerima derma (sedekah) untuk mencapai kesempurnaan hidup; dan bersatu dengan Brahman (Tuhan). Mereka juga mempunyai pengaruh di dalam pemerintahan, yang berada pada bidang keagamaan dan dikepalai oleh dua orang pendeta tinggi, yaitu pendeta dari agama Siwa (Saiwadharmadhyaksa) dan agama Buddha (Buddhadarmadyaksa). Saiwadyaksa mengepalai tempat suci (pahyangan) dan tempat pemukiman empu (kalagyan). Buddhadyaksa mengepalai tempat sembahyang (kuti) dan bihara (wihara). Menteri berhaji mengepalai para ulama (karesyan) dan para pertapa (tapaswi).
Semua rohaniawan menghambakan hidupnya kepada raja yang disebut sebagai wikuhaji. Para rohaniawan biasanya tinggal di sekitar bangunan agama, yaitu: mandala, dharma, sima, wihara, dan sebagainya.
Kaum Ksatria merupakan keturunan dari pewaris tahta (raja) kerajaan terdahulu, yang mempunyai tugas memerintah tampuk pemerintahan. Keluarga raja dapat dikatakan merupakan keturunan dari kerajaan Singasari-Majapahit yang dapat dilihat dari silsilah keluarganya dan keluarga-keluarga kerabat raja tersebar ke seluruh pelosok negeri, karena mereka melakukan sistem poligami secara meluas yang disebut sebagai wargahaji atau sakaparek. Semua anggota keluarga raja masing-masing diberi nama atas gelar, umur, dan fungsi mereka di dalam masyarakat. Pemberian nama pribadi dan nama gelar terhadap para putri dan putra raja didasarkan atas nama daerah kerajaan yang akan mereka kuasai sebagai wakil raja.
Waisya merupakan masyarakat yang menekuni bidang pertanian dan perdagangan. Mereka bekerja sebagai pedagang, peminjam uang, penggara sawah, dan beternak.
Kemudian kasta yang paling rendah dalam catur warna adalah kaum sudra yang mempunyai kewajiban untuk mengabdi kepada kasta yang lebih tinggi, terutama pada golongan brahmana.
Dari aspek kedudukan dalam masyarakat Majapahit, wanita mempunyai status yang lebih rendah dari para lelaki. Hal ini terlihat pada kewajiban mereka untuk melayani dan menyenangkan hati para suami mereka saja. Wanita tidak boleh ikut campur dalam urusan apapun, selain mengurusi dapur rumah tangga mereka. Dalam undang-undang Majapahit pun para wanita yang sudah menikah tidak boleh bercakap-cakap dengan lelaki lain, dan sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk menghindari pergaulan bebas antara kaum pria dan wanita.

C.     Ekonomi dan Mata Pencaharian.
Majapahit merupakan negara agraris dan juga sebagai negara maritim. Kedudukan sebagai negara agraris tampak dari letaknya di pedalaman dan dekat aliran sungai. Kedudukan sebagai negara maritim tampak dari kesanggupan angkatan laut kerajaan itu untuk menanamkan pengaruh Majapahit di seluruh nusantara. Dengan demikian, kehidupan ekonomi masyarakat Majapahit menitikberatkan pada bidang pertanian dan pelayaran.
Udara di Jawa panas sepanjang tahun. Panen padi terjadi dua kali dalam setahun, butir berasnya amat halus. Terdapat pula wijen putih, kacang hijau, rempah-rempah, dan lain-lain kecuali gandum. Buah-buahan banyak jenisnya, antara lain pisang, kelapa, delima, pepaya, durian, manggis, langsa, dan semangka. Sayur mayur berlimpah macamnya. Jenis binatang juga banyak.
Untuk membantu pengairan pertanian yang teratur, pemerintah Majapahit membangun dua buah bendungan, yaitu Bendungan Jiwu untuk persawahan dan Bendungan Trailokyapur untuk mengairi daerah hilir.
Majapahit memiliki mata uang sendiri yang bernama gobog. Gobog merupakan uang logam yang terbuat dari campuran perak, timah hitam, timah putih, dan tembaga. Bentuknya koin dengan lubang di tengahnya.
Dalam transaksi perdagangan, selain menggunakan mata uang gobog, penduduk Majapahit juga menggunakan uang kepeng dari berbagai dinasti. Menurut catatan Wang Ta-yuan seorang pedagang dari Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung kakak tua. Sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi.

D.     Kehidupan Religi dan Sosial Budaya.
Pada masa Kerajaan Majapahit berkembang agama Hindu Syiwa dan Buddha. Kedua umat beragama itu memiliki toleransi yang besar sehingga tercipta kerukunan umat beragama yang baik. Raja Hayam Wuruk beragama Syiwa, sedangkan Gajah Mada beragama Buddha. Namun, mereka dapat bekerja sama dengan baik.
Rakyat ikut meneladaninya, bahkan Empu Tantular menyatakan bahwa kedua agama itu merupakan satu kesatuan yang disebut Syiwa–Buddha. Hal itu ditegaskan lagi dalam Kitab Sutasoma dengan kalimat Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa. Artinya, walaupun beraneka ragam, tetap dalam satu kesatuan, tidak ada agama yang mendua.
Urusan keagamaan diserahkan kepada pejabat tinggi yang disebut Dharmmaddhyaksa. Jabatan itu dibagi dua, yaitu Dharmmaddhyaksa Ring Kasaiwan untuk urusan agama Syiwa dan Dharmmaddhyaksa Ring Kasogatan untuk urusan agama Buddha. Kedua pejabat itu dibantu oleh sejumlah pejabat keagamaan yang disebut dharmmaupatti. Pejabat itu, pada zaman Hayam Wuruk yang terkenal ada tujuh orang yang disebut sang upatti sapta. Di samping sebagai pejabat keagamaan, para upatti juga dikenal sebagai kelompok cendekiawan atau pujangga. Misalnya, Empu Prapanca adalah seorang Dharmmaddhyaksa dan juga seorang pujangga besar dengan kitabnya Negarakertagama.
Untuk keperluan ibadah, raja juga melakukan perbaikan dan pembangunan candi-candi. Pada masa Majapahit bidang seni budaya berkembang pesat, terutama seni sastra. Di samping seni sastra, seni bangunan juga berkembang pesat. Bermacam-macam candi didirikan dengan ciri khas Jawa Timur, yaitu dibuat dari bata, misalnya Candi Panataran, Candi Tigawangi, Candi Surawana, Candi Jabung, dan Gapura Bajang Ratu.

E.     Runtuhnya Kerajaan Majapahit.
Kemunduran Majapahit berawal sejak wafatnya Gajah Mada pada tahun 1364. Hayam Wuruk tidak dapat memperoleh ganti yang secakap Gajah Mada. Jabatan-jabatan yang dipegang Gajah Mada (semasa hidupnya, Gajah Mada memegang begitu banyak jabatan) diberikan kepada tiga orang. Setelah Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389, Majapahit benar-benar mengalami kemunduran.
Beberapa faktor penyebab kemunduran Majapahit sebagai berikut:
1)      Tidak ada lagi tokoh di pusat pemerintahan yang dapat mempertahankan kesatuan wilayah setelah Gajah Mada dan Hayam Wuruk meninggal.
2)      Struktur pemerintahan Majapahit yang mirip dengan sistem negara serikat pada masa modern dan banyaknya kebebasan yang diberikan kepada daerah memudahkan wilayah-wilayah jajahan untuk melepaskan diri begitu diketahui bahwa di pusat pemerintahan sedang kosong kekuasaan.
3)      Terjadinya perang saudara, di antaranya yang terkenal adalah Perang Paregreg (1401 – 1406) yang dilakukan oleh Bhre Wirabhumi melawan pusat Kerajaan Majapahit. Bhre Wirabhumi diberi kekuasaan di wilayah Blambangan. Namun, ia berambisi untuk menjadi raja Majapahit. Dalam cerita rakyat, Bhre Wirabhumi dikenal sebagai Minakjingga yang dikalahkan oleh Raden Gajah atau Damarwulan. Selain perang saudara, terjadi juga usaha memisahkan diri yang dilakukan Girindrawardhana dari Kediri (1478).
4)      Masuknya agama Islam sejak zaman Kerajaan Kediri di Jawa Timur menimbulkan kekuatan baru yang menentang kekuasaan Majapahit. Banyak bupati di wilayah pantai yang masuk Islam karena kepentingan dagang dan berbalik melawan Majapahit.

  

BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan.
Dari hasil penjelasan makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Majapahit adalah kerajaan bercorak Hindu terakhir terbesar di Pulau Jawa. Kerajaan Majapahit didirikan pada tahun 1293 M. Kerajaan ini berdiri di hutan Tarik dekat Mojokerto.
Adapun raja-raja yang sempat memerintah di Kerajaan Majapahit antara lain:
1.            Raden Wijaya (1292-1309) M
2.            Jayanegara (1309-1328) M
3.            Tribhuanatunggadewi (1328-1350) M
4.            Hayam Wuruk (1350-1389) M
5.            Wikramawardhana (1389-1429) M
6.            Suhita (1429-1447) M
7.            Kertawijaya (1448-1451) M
8.            Sri Rajasawardhana (1451-1453) M
9.            Girindrawardhana (1456-1466) M
10.        Sri Singhawikramawardhana (1466-1474) M
11.        Girindrawardhana Dyah Ranawijaya (1474-1478) M

B.     Saran.
Semoga apa yang dijelaskan di dalam makalah kami dapat dipahami dan dipelajari oleh pembaca. Selain itu, dengan makalah ini semoga kita dapat mengetahui sejarah-sejarah kerajaan Hindu-Buddha terutama Kerajaan Majapahit. 


DAFTAR PUSTAKA

http://androidters-soft.blogspot.co.id/2016/01/makalah-kerajaan-majapahit.html
http://rinapatra.blogspot.co.id/2014/05/makalah-kerajaan-majapahit.html
http://indahsarigk.blogspot.co.id/2012/12/makalah-kerajaan-majapahit.html

1 comment:

  1. in conclusion with our history book club to read and discuss books that changed the way we see the past. let's visit our website here https://sejarahdunia72.blogspot.com/

    ReplyDelete